Refleksi Terbimbing-Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran
Pendidikan Guru Penggerak
Refleksi Terbimbing-Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran
Dian Sariati_CGP Angkatan 3 Kab. Subang
Education
is the art of making man ethical.
Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat
manusia menjadi berperilaku etis.
~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~
Pertanyaan
Nomor 1: Bagaimana/sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang
telah Anda pelajari di modul ini, yaitu dilemma etika dan bujukan moral, 4
paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah
pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda diluar
dugaan?
Jawaban:
Dilema
Etika
Situasi yang terjadi ketika seseorang
harus memilih antara dua pilihan dimana kedua pilihan secara moral benar,
tetapi bertentangan.
Bujukan
Moral
Situasi yang terjadi ketika seseorang
harus membuat keputusan benar dan salah.
4
Paradigma Dilema Etika
Dari pengalaman kita bekerja kita pada
institusi pendidikan, kita telah mengetahui bahwa dilema etika adalah hal berat
yang harus dihadapi dari waktu ke waktu. Ketika kita menghadapi situasi dilema
etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta
dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi,
tanggung jawab dan penghargaan akan hidup. Secara umum ada pola, model, atau
paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan
seperti di bawah ini:
1. Individu lawan masyarakat (individual vs community)
2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Secara lebih rinci, berikut adalah penjelasan dari keempat
paradigma tersebut:
(1) Individu
lawan masyarakat (individual vs community)
Dalam paradigma ini ada pertentangan
antara individu yang berdiri sendiri melawan sebuah kelompok yang lebih besar
di mana individu ini juga menjadi bagiannya. Bisa juga konflik antara
kepentingan pribadi melawan kepentingan orang lain, atau kelompok kecil melawan
kelompok besar. “Individu” di dalam paradigma ini tidak selalu berarti “satu
orang”. Ini juga dapat berarti kelompok kecil dalam hubungannya dengan kelompok
yang lebih besar. Seperti juga “kelompok” dalam paradigma ini dapat berarti
kelompok yang lebih besar lagi. Itu dapat berarti kelompok masyarakat kota yang
sesungguhnya, tapi juga bisa berarti kelompok sekolah, sebuah kelompok
keluarga, atau keluarga Anda. Dilema individu melawan masyarakat adalah
bagaimana membuat pilihan antara apa yang benar untuk satu orang atau kelompok
kecil , dan apa yang benar untuk yang lain, kelompok yang lebih besar. Guru
kadang harus membuat pilihan seperti ini di dalam kelas. Bila satu kelompok
membutuhkan waktu yang lebih banyak pada sebuah tugas, tapi kelompok yang lain
sudah siap untuk ke pelajaran berikutnya, apakah pilihan benar yang harus
dibuat? Guru mungkin menghadapi dilema individu lawan kelompok.
(2) Rasa
keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
Dalam paradigma ini ada pilihan antara
mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya. Pilihan yang
ada adalah memilih antara keadilan dan perlakuan yang sama bagi semua orang di
satu sisi, dan membuat pengecualian karena kemurahan hati dan kasih sayang, di
sisi lain. Kadang memang benar untuk memegang peraturan, tapi terkadang membuat
pengecualian juga merupakan tindakan yang benar. Pilihan untuk menuruti
peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa hormat terhadap keadilan (atau sama
rata). Pilihan untuk membengkokkan peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa
kasihan (kebaikan) Misalnya ada peraturan di rumah Anda harus ada di rumah pada
saat makan malam. Misalnya suatu hari Anda pulang ke rumah terlambat karena
seorang teman membutuhkan bantuan Anda. Ini dapat menunjukkan dilema keadilan
lawan rasa kasihan, terhadap orang tua Anda. Apakah ada konsekuensi dari
melanggar peraturan tentang pulang ke rumah tepat waktu untuk makan malam, atau
haruskah orang tua Anda membuat pengecualian?
(3) Kebenaran
lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
Kejujuran dan kesetiaan seringkali
menjadi nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi dilema etika. Kadang kita
perlu untuk membuat pilihan antara berlaku jujur dan berlaku setia (atau
bertanggung jawab) kepada orang lain. Apakah kita akan jujur menyampaikan
informasi berdasarkan fakta atau kita menjunjung nilai kesetiaan pada profesi,
kelompok tertentu, atau komitmen yang telah dibuat sebelumnya. Pada jaman
perang, tentara yang tertangkap kadang harus memilih antara mengatakan yang
sebenarnya kepada pihak musuh atau tetap setia kepada teman tentara yang lain.
Hampir dari kita semua pernah mengalami harus memilih antara mengatakan yang
sebenarnya atau melindungi teman (saudara) yang dalam masalah. Ini adalah salah
satu contoh dari pilihan atas kebenaran melawan kesetiaan.
(4) Jangka
pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Paradigma ini paling sering terjadi
dan mudah diamati. Kadang perlu untuk memilih antara yang kelihatannya terbaik
untuk saat ini dan yang terbaik untuk masa yang akan datang. Paradigma ini bisa
terjadi di level personal dan permasalahan seharihari, atau pada level yang
lebih luas, misalnya pada issue-issue dunia secara global, misalnya lingkungan
hidup dll. Orang tua kadang harus membuat pilihan ini. Contohnya: Mereka harus
memilih antara seberapa banyak uang untuk digunakan sekarang dan seberapa
banyak untuk ditabung nanti. Pernahkah Anda harus memilih antara
bersenang-senang atau melatih instrumen musik atau berolahraga? Bila iya, Anda
telah membuat pilihan antara jangka pendek melawan jangka panjang. Artikel
disarikan dari Buku “How Good People Make Tough Choices: Resolving the Dilemmas
of Ethical Living, Rusworth M.Kidder, 1995, USA: HarperCollins Publishers
3
Prinsip Pengambilan Keputusan
Ketiga prinsip tersebut adalah:
1.
Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
2.
Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
3.
Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
(1) Berpikir Berbasis Hasil
Akhir (Ends-Based Thinking)
Cara
berfikir ini selalu mendasarkan :“Saya lakukan itu karena itu yang terbaik
untuk kebanyakan orang”. Sering disebut juga Utilitarianism : mengerjakan apa yang dapat menghasilkan kebaikan
terbesar untuk jumlah orang terbanyak. Kritik terhadap prinsip ini adalah: “Manusia
pada dasarnya tidak bisa memprediksi semua akibat/konsekuensi dari setiap
keputusan atau tindakan-tindakanya, untuk melihat semua konsekuensi dari
prilaku seorang individu saja, belum tentu bisa, lebih-lebih konsekuensi dari
tindakan sebuah masyarakat”.
(2) Berpikir Berbasis
Peraturan (Rule-Based Thinking)
Deontologis. Berasal
dari bahasa Yunani yang berarti Tugas atau Kewajiban. Prinsip berpikir ini
menuai kritik karena pada penerapannya, prinsip ini dianggap terlalu kaku dan
mengabaikan keberagaman individual manusia. Bahwa mereka tidak terlalu
memperdulikan hasil yang akan di dapat namun lebih focus kepada prinsip atau
aturan dasar yang diyakini. Selalu berpatokan pada “sudah menjadi kewajiban”.
Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based
Thinking)
Cara
berpikir ini pun ternyata memiliki kritik, yaitu bahwa prinsip ini terlalu
sederhana untuk dianggap sebagai salah satu prinsip atau etika yang utama.
Prinsip ini tidak memberikan pilihan khusus, atau menunjang nilai-nilai
kebajikan yang ideal. Prinsip ini gagal memberikan contoh kebajikan, seandainya
situasinya melibatkan kedua belah pihak yang sama-sama melakukan tindakan yang
kurang terpuji.
9 Langkah
Pengambilan Dan Pengujian Keputusan
(1)
Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan
Mengapa langkah ini penting untuk Anda
lakukan? Pertama, penting bagi kita untuk mengidentifikasi masalah yang sedang
kita hadapi, alih-alih langsung mengambil keputusan tanpa menilainya dengan
lebih saksama. Kedua, penting bagi kita untuk memastikan bahwa masalah yang
kita hadapi memang betul-betul berhubungan dengan aspek moral, bukan sekedar
masalah yang berhubungan dengan sopan santun dan norma sosial. Tidak mudah
untuk bisa mengenali hal ini. Kalau kita terlalu berlebihan, kita bisa terjebak
dalam situasi seolah-olah kita terlalu mendewakan aspek moral, sehingga kita
akan mempermasalahkan kesalahan-kesalahan kecil. Sebaliknya bila kita terlalu
permisif, maka kita bisa menjadi apatis dan tidak bisa mengenali aspek-aspek
permasalahan etika dalam masalah yang sedang kita hadapi..
(2)
Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini
Bila kita telah mengenali bahwa ada
masalah moral di situasi yang sedang kita hadapi, pertanyaannya adalah dilema
siapakah ini? Bukan berarti kalau permasalahan tersebut bukan dilema kita, maka
kita menjadi tidak peduli. Karena kalau permasalahan ini sudah menyangkut aspek
moral, kita semua seharusnya merasa terpanggil.
(3)
Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini
Proses pengambilan keputusan yang baik
membutuhkan data yang lengkap dan detail; apa yang terjadi di awal situasi
tersebut, bagaimana hal itu terkuak, apa yang akhirnya terjadi, siapa berkata
apa pada siapa, kapan mereka mengatakannya. Data-data tersebutpenting karena
dilema etika tidak bersifat teoritis, namun ada faktor-faktor pendorong dan
penarik yang mempengaruhi situasi tersebut, sehingga data yang detail akan
menjelaskan alasan seseorang melakukan sesuatu dan bisa juga mencerminkan
kepribadian seseorang dalam situasi tersebut. Kita juga harus bisa menganalisis
hal-hal apa saja yang potensial yang bisa terjadi di waktu yang akan datang.
(4)
Pengujian benar atau salah
Uji
Legal
Pertanyaan penting di uji ini adalah
apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi itu? Bila jawabannya adalah
iya, maka situasi yang ada bukanlah antara benar lawan benar (dilema etika),
namun antara benar lawan salah (bujukan moral). Keputusan yang harus diambil
dalam situasi adalah pilihan antara mematuhi hukum atau tidak, dan keputusan
ini bukan keputusan yang berhubungan dengan moral.
Uji
Regulasi/Standar Profesional
Bila situasi yang dihadapi adalah
dilema etika, dan tidak ada aspek pelanggaran hukum di dalamnya, mari kita uji,
apakah ada pelanggaran peraturan atau kode etik di dalamnya. Konflik yang
terjadi pada seorang wartawan yang harus melindungi sumber beritanya, seorang
agen real estate yang tahu bahwa seorang calon pembeli potensial sebelumnya
telah dihubungi oleh koleganya? Anda tidak bisa dihukum karena melanggar kode
etik profesi Anda, tapi Anda akan kehilangan respek sehubungan dengan profesi
Anda.
Uji
Intuisi
Langkah ini mengandalkan tingkatan
perasaan dan intuisi Anda dalam merasakan apakah ada yang salah dengan situasi
ini. Apakah tindakan ini mengandung hal-hal yang akan membuat Anda merasa
dicurigai. Uji intuisi ini akan mempertanyakan apakah tindakan ini sejalan atau
berlawanan dengan nilai-nilai yang Anda yakini. Walaupun mungkin Anda tidak
bisa dengan jelas dan langsung menunjuk permasalahannya ada di mana. Langkah
ini, untuk banyak orang, sangat umum dan bisa diandalkan untuk melihat dilema
etika yang melibatkan dua nilai yang sama-sama benar.
Uji
Publikasi
Apa yang Anda akan rasakan bila
keputusan ini dipublikasikan di media cetak maupun elektronik dan menjadi viral
di media sosial. Sesuatu yang Anda anggap merupakan ranah pribadi Anda
tiba-tiba menjadi konsumsi publik? Coba Anda bayangkan bila hal itu terjadi.
Bila Anda merasa tidak nyaman kemungkinan besar Anda sedang menghadapi benar
situasi benar lawan salah atau bujukan moral.
Uji
Panutan/Idola
Dalam langkah ini, Anda akan
membayangkan apa yang akan dilakukan oleh seseorang yang merupakan panutan
Anda, misalnya ibu Anda. Tentunya di sini fokusnya bukanlah pada ibu Anda,
namun keputusan apa yang kira-kira akan beliau ambil, karena beliau adalah
orang yang menyayangi Anda dan orang yang sangat berarti bagi Anda.
Yang perlu dicatat dari kelima uji
keputusan tadi, ada tiga uji yang sejalan dengan prinsip pengambilan keputusan
yaitu: Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based
Thinking) yang tidak bertanya tentang konsekuensi tapi bertanya tentang
prinsip-prinsip yang mendalam. Uji publikasi, sebaliknya, berhubungan dengan
berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking) yang mementingkan hasil
akhir. Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa
peduli (CareBased Thinking), dimana ini berhubungan dengan golden rule yang
meminta Anda meletakkan diri Anda pada posisi orang lain. Bila situasi dilema
etika yang Anda hadapi, gagal di salah satu uji keputusan tersebut atau bahkan
lebih dari satu, maka sebaiknya jangan mengambil resiko membuat keputusan yang
membahayakan atau merugikan diri Anda karena situasi yang Anda hadapi bukanlah
situasi moral dilema, namun bujukan moral.
(5)
Pengujian Paradigma Benar lawan Benar
Dari keempat paradigma berikut ini,
paradigma mana yang terjadi di situasi yang sedang Anda hadapi ini? - Individu
lawan masyarakat (individual vs community) - Rasa keadilan lawan rasa kasihan
(justice vs mercy) - Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) - Jangka
pendek lawan jangka panjang (short term vs long term) Pentingnya
mengidentifikasi paradigma ini, bukan hanya mengelompokkan permasalahan, namun
membawa penajaman bahwa situasi yang Anda hadapi betulbetul mempertentangkan
antara dua nilai-nilai inti kebajikan yang sama-sama penting.
(6)
Melakukan Prinsip Resolusi
Dari 3 prinsip penyelesaian dilema,
mana yang akan dipakai? Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) Berpikir Berbasis Rasa Peduli
(Care-Based Thinking)
(7)
Investigasi Opsi Trilema Dalam mengambil keputusan
Seringkali ada 2 pilihan yang bisa
kita pilih. Terkadang kita perlu mencari opsi di luar dari 2 pilihan yang sudah
ada. Kita bisa bertanya pada diri kita, apakah ada cara untuk berkompromi dalam
situasi ini. Terkadang akan muncul sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak
terpikir sebelumnya yang bisa saja muncul di tengah-tengah kebingungan
menyelesaikan masalah. Itulah yang dinamakan investigasi opsi trilema.
(8)
Buat Keputusan
Akhirnya kita akan sampai pada titik
di mana kita harus membuat keputusan yang membutuhkan keberanian secara moral
untuk melakukannya
(9)
Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan Ketika keputusan sudah diambil.
Lihat kembali proses pengambilan
keputusan dan ambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya.
Perlu kita ingat bahwa 9 langkah pengambilan keputusan ini adalah panduan,
bukan sebuah metode yang kaku dalam penerapannya. Pengambilan keputusan ini
juga merupakan keterampilan yang harus diasah agar semakin baik. Semakin sering
kita berlatih menggunakannya, kita akan semakin terampil dalam pengambilan
keputusan. Hal yang penting dalam pengambilan keputusan adalah sikap yang
bertanggung jawab dan mendasarkan keputusan pada nilai-nilai kebajikan
universal. Artikel disarikan dari Buku “How Good People Make Tough Choices:
Resolving the Dilemmas of Ethical Living, Rusworth M.Kidder, 1995, USA:
HarperCollins Publishers
Dalam pengambilan keputusan, terkadang
terjadi hal-hal diluar dugaan. Ketika semua kemungkinan sudah kita prediksi
akan terjadi dari konsekuensi keputusan yang kita ambil, ternyata hal-hal yang
kita prediksi tidak terjadi, tetapi hal luar biasa yang sangat tidak kita duga.
Manusia berikhtiar, ada Pemutus Akhir yang menentukan semuanya.
Pertanyaan Nomor 3:
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkan Anda menerapkan pengambilan keputusan
sebagai pemimpin pembelajaran dalam situasi moral dilema? Kalau pernah, apa
bedanya dengan yang Anda pelajari dalam modul ini?
Jawaban:
Dalam pelaksanaan
tugas saya, saya sering menghadapi situasi moral dilema dalam mengambil
keputusan. Saat itu pengambilan keputusan sepertinya beberapa sudah sesuai
dengan yang saya pelajari dalam modul ini, hanya saja saat itu saya tidak
mengetahui tentang teori-teori tentang pengambilan keputusan. Setelah saya
mempelajari modul ini, saya lebih yakin untuk dapat terus berlatih mengambil
keputusan dengan baik.
Pertanyaan Nomor 4: Bagaimana dampak mempelajari materi ini buat Anda,
perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan
sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Jawaban:
Dampak mempelajari materi
ini sangat bermanfaat sekali. Dalam aktifitas sehari-hari, tugas saya banyak
pengambilan keputusan yang harus saya buat, dan diantaranya terdapat
pengambilan keputusan yang berkenaan dengan dilemma etika. Dengan mempelajari
modul ini, ilmu saya bertambah, wawasan saya untuk pengambilan keputusan jadi lebih
luas, dan satu hal yang harus saya perhatikan adalah refleksi dari pengambilan
keputusan yangs aya buat.
Pertanyaan Nomor 5: Seberapa penting
mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai
seorang pemimpin pembelajaran?
Jawaban:
Bagi saya sangat penting, baik saya sebagai individu, ataupun
sebagai pemimpin pembelajaran. Dengan mempelajari modul ini saya berharap bahwa
semua keputusan yang saya ambil bisa membuat dampak/efek yang lebih baik untuk
semua orang/sekolah/individu.
Comments
Post a Comment