SISI LAIN MENULIS

SISI LAIN MENULIS



Pertemuan Kelima Belajar Menulis Gelombang 12
Hari Rabu, 10 Juni 2020
Pemateri: Agung Pardini (Guru Agung)
Disusun Oleh : Dian Sariati, M.Pd.


Yang disampaikan oleh pemateri kali ini agak berbeda, Beliau adalah penulis yang bekerja di Dompet Dhuafa dan salah satu program Dompet Dhuafa yang sejak 2009 dikerjakan beliau dan tim adalah SGI (Sekolah Guru Indonesia). Guru Agung lahir 28 Jumaddil Awwal 1401 H dengan nama lengkap Agung Pardini, dan beliau biasa dipanggil Guru Agung. beragama Islam dan sudah menikah. Guru Agung berlamat di rumah Kandang Roda RT 03/04, No. 82 Kel. Nanggewer Kec. Cibinong  Kab. Bogor  Jabar  16912 dengan E-mail guruagungpardini@gmail.com FB Guru Agung dan twitter @GuruAgungPD, Instagram : Guru Agung

Membaca riwayat hidup beliau.... sungguh luar biasa.... dari mulai pekerjaan, tulisan artikelnya, buku, dan pembicara/nara sumber berbagai acara (Non Training) dan pelatihan-pelatihan guru (Public Training)

Pertemuan kelima ini beliau memberikan perspektif berbeda dalam urusan penulisan dan penerbitan buku di bidang pendidikan dan keguruan. beliau menyebutkan beberapa kendala dalam penulisan:
1. Gaya bahasa, ada beberapa istilah Bahasa Indonesia yang dimaknai secara berbeda di daerah.
2. Penggunaan komputer, banyak yang belum mengenal MS Office
3. Listrik, di beberapa wilayah hanya menyala di malam hari.
4. Ejaan yang (belum) disempurnakan
Beliau memaparkan pengalaman bekerja di lembaga kemanusiaan DOmpet Dhuafa yang terbiasa untuk mengajak para guru-guru yang mengabdi di daerah-daerah pelosok untuk menulis dan berkarya.

Beliau memberikan kiat-kiat untuk guru-guru di daerah agar dengan keterbatasan kondisi geografis dan budaya, aktivitas menulis dan berkarya. Salah satunya adalah dengan model pendampingan intensif.
Beliau bercerita bahwa secara sabar para konsultan dan guru-guru relawan akan melakukan pendampingan dan bimbingan selama kurang lebih setahun. Tentu ini bukan tugas yang mudah. Butuh kesabaran dari para relawan. Dompet Dhuafa sendiri dibangun oleh para jurnalis senior Republika di era-era awal. Sehingga setiap program  buat pemberdayaan guru di daerah harus memiliki produk buku atau tulisan. Outputnya tidak harus buku, ada yang berbentuk PTK, jurnal, media pembelajaran, puisi, dan lain sebagainya. Nah buku ini adalah kumpulan tulisan dari para guru terkait dengan inovasi pembelajaran yang telah mereka hasilkan, baik dalam bentuk inovasi metode ataupun media.
Ini murni diangkat dari  pengalaman-pengalaman mereka. Guru Agung juga menyebutkan bahwa hal-hal yang terkait dengan percetakan, Alhamdulillah semua dibiayai oleh donasi zakat yang dikelola oleh Dompet Dhuafa. Buku-buku yang dihasilkan  tidak diperjual belikan. Namun akan dibagikan secara gratis buat guru-guru di daerah lain yang membutuhkan.
Genre buku yang dibuat pun bermacam-macam. Sifatnya adalah kisah-kisah inspiratif dari para pejuang muda pendidikan yang mengabdi sebagai guru-guru di daerah pelosok. Dua buku bercerita banyak tentang pengalaman para guru-guru muda yang mengajar hingga ke pelosok negeri.
Ada yang di kepulauan, ada yang di hutan dan pegunungan, dan ada yang di pelosok kampung
Pernah ada guru muda kami yang meninggal dalam tugas di penempatan dan saat sebelum meninggal, beliau sempat menulis. Akhirnya nama beliau kami abadikan menjadi nama sebuah penghargaan bagi guru-guru terbaik SGI. Jamilah Sampara Award



Ada cara unik Guru Agung dan tim nya untuk memberikan semangat guru-untuk berkarya, yakni
  • Menulis "Jurnal Perjalanan Guru". Jurnal ini wajib dikerjakan oleh setiap guru yang sedang mengikuti proses pembinaan di kampus SGI. Setiap malam mereka harus menulis pengalaman mereka selama si siang hari. Modelnya bisa macam-macam. Ada yang curhat, sampai ada yang membahas suatu teori kependidikan dan kepemimpinan. Setelah pagi tiba, sebelum beraktivitas dalam pembinaan, semua jurnal tasi dikumpulkan untuk diapresiasi dan ditanggapi.  Jadi ini bisa jadi semacam refleksi dan evaluasi. Hehe... mirip  OmJay ya...Melalui jurnal ini, para pengelola dan dosen jadi tahu ttg perasaan dan pikiran yang tengah bergejolak di hati mereka. Jika ada perasaan hati yang negatif, kita bisa langsung coaching atau konseling.Ada yang rindu keluarga, ada yang sakit hati... macam-macam ceritanya. Namun ini tentu tidaklah cukup, harus ada upaya lain, yakni banyak-banyak membaca. Kebiasaan menulis jurnal harian ini, Guru jadi terlatih buat menulis. Kalau gak banyak baca, ya gak bakal banyak menulis.
  • Bedah buku rutin. Ini melatih kepekaan literasi mereka. Ada yang harian, ada yang pekanan. Gak harus yang berat-berat, novel pun bisa.  Dalam proses pembinaan guru di SGI, setiap pagi kita ada apel. Nah,  yang bertugas sebagai pembina apel (bergantian), dialah yang akan memberi kajian bedah buku.
  • Selain bedah buku, untuk memantau kemajuan bacaan para guru, setelah apel biasanya ada aktivitas "Semangat Pagi". Yakni memberi motivasi secara bergantian, dengan menggunakan kata-kata yang dinukil dari para tokoh inii efektif juga buat meningkatkan kepekaan literasi buat para guru.
Satu kalimat yang berkesan dari Guru Agung adalah "Kami sangat percaya bahwa menulis buat para guru adalah lompatan dan percepatan peningkatan kapasitas, kompetensi, dan rasa percaya diri".

Alhamdulillah.... dapat inspirasi baru lagi...

.

 















Comments

  1. Semangat bu dian ...👍🙏🏻🙏🏻

    ReplyDelete
  2. Ayo Bu Dian.... lanjutkan ��������

    ReplyDelete
  3. Oke bngt bu...
    Silakan berkunjung juga ke http://fahdyfuhed.blogspot.com/

    ReplyDelete
  4. wah lengkap Bu resumenya, mantap. salam literasi

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts