Jurnal Refleksi Minggu 17
Pendidikan Calon Guru Penggerak Minggu 17
MULAI KEMBALI SETELAH JEDA
Periode
2-5 Februari 2022
Akhirnya…. Setelah libur selama satu tahun
(Desember 2021 sampai dengan 1 Februari 2022) Pendidikan Guru Penggerak dimulai
kembali. Butuh energi besar untuk mengembalikan kebiasaan membuka LMS setela
kurang lebih satu bulan rehat.
Pre Test
Kegiatan dibuka pada tanggal 2 Februari 2022
dengan kegiatan awal pre test. Alhamdulillah lancar, tidak ada kendala, dan
hasilnya pun lumayan lah.. hehe…
Pada Modul 3 ini pokok bahasannya adalah tentang
Pemimpin Pembelajaran Dalam Pengembangan Sekolah. Modul ini terdiri dari modul
3.1, modul 3.2, dan modul 3.3. Pekan ini kami membahas modul pertama, yaitumodul
3.1. tentang Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajarn. Modul ini
membahas tentang keberhasilan seorang pemimpin dalam mengemban
salah satu tugas tersulit, yaitu mengambil suatu keputusan yang efektif.
Keputusan-keputusan ini, secara langsung atau tidak langsung bisa menentukan
arah dan tujuan institusi atau lembaga yang dipimpin, yang tentunya berdampak
kepada mutu pendidikan yang didapatkan murid-murid
Isi dari materi modul 3.1 ini adalah:
1. Bagaimana suatu pengambilan keputusan sebagai
pemimpin pembelajaran diputuskan pada kasus-kasus dilema etika.
2. Apa perbedaan antara ‘Dilema
Etika’ dan ‘Bujukan Moral,’ serta paradigma apa saja yang terkandung
dalam sebuah kasus dilema etika?
3. Prinsip-prinsip apa saja
yang terkandung pada seseorang dalam mengambil suatu keputusan sebagai pemimpin
pembelajaran?
4. Bagaimana
kita bisa menganalisis efektifitas sebuah proses pengambilan keputusan yang
telah diambil dan bagaimana kita menguji keputusan yang telah diambil
Mulai Dari Diri
Dalam alur belajar Merdeka, kegiatan awal adalah
Mulai Dari Diri, dimana dalam kegiatan ini tujuan yang ingin dicapai adalah: mengaktifkan pengetahuan awal (prior
knowledge) tentang proses pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran
yang berada di antara berbagai pemangku kepentingan, di antaranya murid, orang
tua murid, guru, yayasan dan pihak komunitas sekolah.
.
Dalam sebuah wawancara, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan teknologi
kita, Bapak Nadiem Makarim menyatakan bahwa:
Beban dan amanah kepemimpinan adalah
mengimbangi semua prioritas yang terpenting. Tugas saya dalam pendidikan adalah
melakukan yang terbaik. Apa yang diinginkan kadang-kadang belum
tentu itu yang terbaik. Dan untuk membuat perubahan, apalagi perubahan
yang transformational, pasti ada kritik. Sebelum mengambil keputusan,
tanyakan, apakah yang kita lakukan berdampak pada peningkatan pembelajaran
murid? (Nadiem Makarim, 2020)
Dalam alur ini diberikan survey pengetahuan awal tentang sejauh mana pengetahuan kita tentang pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.
Studi Kasus
1. Anda
adalah Kepala Sekolah yang baru diangkat di SMP X. Wakil Kepala Sekolah
Kurikulum mengatakan bahwa sekolah memerlukan buku-buku pelajaran baru yang
perlu didistribusikan dengan segera kepada murid-murid. Hari itu, Anda
diberitahu bahwa penerbit Y akan hadir untuk presentasi buku-buku pelajaran
untuk tahun ajaran baru. Wakasek Kurikulum Anda mengatakan bahwa ini adalah
kegiatan rutin sekolah untuk menyeleksi buku-buku pelajaran murid kelas 1-6 menjelang
tahun ajaran baru dimulai, dan para orang tua pun sudah menunggu daftar
buku-buku yang harus dibeli. Anda pun bertemu dengan penerbit Y. Di akhir
rapat, penerbit Y memberitahu Anda bahwa jika Anda memutuskan memesan dari
penerbitan mereka, maka seperti kepala sekolah sebelumnya, Anda akan
mendapatkan 'komisi'. Penerbit memberitahu Anda bahwa kegiatan seperti ini
sudah dilakukan setiap tahun oleh pimpinan sekolah Anda terdahulu. Penerbit Y
juga mengatakan bahwa kerja sama ini sudah lama terbina, dan mereka senantiasa
tepat waktu memberikan buku-buku pelajaran yang dibutuhkan sekolah. Apa yang
akan Anda lakukan sebagai Kepala Sekolah? Suatu saat, pihak Yayasan/Manajemen
Sekolah memanggil Anda untuk mengetahui prosedur dan praktik pemesanan
buku-buku tahun ajaran baru di sekolah selama ini. Apa yang Anda katakan?
Jawaban:
Saya
akan buat prosedur dan praktik pemesanan buku untuk tahun pelajaran baru dan
akan saya sosialisasikan pada pihak Yayasan/Manajemen Sekolah. Prosedur dan
praktik pemesanan buku untuk tahun pelajaran baru adalah sebagai berikut:
- Pihak sekolah akan membuka peluang pangadaan buku dan memanggil beberapa vendor penerbit (atau yang datang menawarkan buku) untuk mengajukan penawaran buku-buku pelajaran untuk tahun pelajaran baru.
- Membuat jadwal presentasi untuk setiap penerbit
- Meminta setiap vendor penerbit untuk mempresentasikan semua tawaran bukunya, termasuk penerbit yang sudah biasa dipakai oleh Kepala Sekolah sebelumnya, diberikan kesempatan untuk mempresentasikan tawaran buku-bukunya sama dengan penerbit-penerbit yang lain.
- Pihak sekolah dan Yayasan/Manajemen Sekolah memusyawarahkan penentuan vendor mana yang akan dipakai dengan mempertimbangkan kualitas buku, harga, dan tawaran “Komisi” yang keseluruhannya akan dipakai untuk kepentingan kemajuan lembaga, bukan untuk kepentingan pribadi/orang per-orang
- Pihak sekolah memanggil pihak vendor yang terpilih bersama-sama dengan pihak Yayasan/Manajemen Sekolah dan membuat MoU secara terbuka dan transparan.
2. Bagaimana situasi di
lingkungan Anda sendiri, adakah nilai-nilai kebajikan yang dijunjung tinggi di
tempat Anda bekerja, atau tinggal? Ceritakan pengalaman Anda Anda bagaimana
nilai-nilai kebajikan tersebut telah membentuk diri Anda terutama dalam
mengambil suatu keputusan?
Jawaban
Tempat
dimana saya bekerja adalah rumah kedua bagi saya. Dan teman-teman kerja sudah
merupakan keluarga bagi saya. Semangat kebersamaan selalu kami bangun,
nilai-nilai kebajikan selalu kami pegang dan terus kami kembangkan. Nilai-nilai
ini terbentuk dari pembiasaan menjalankan ibadah yang secara bersama-sama kami
kembangkan di sekolah tempat kerja kami, ini yang akhirnya bisa membentuk diri
kami untuk bisa mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan yang
sudah tertanam dalam diri kami masing-masing.
3. Apakah Anda pernah
mengalami atau melihat suatu pengambilan keputusan serupa studi kasus yang
ditanyakan di atas, di mana ada dua kepentingan saling berbenturan? Ceritakan
bagaimana pengalaman Anda sendiri di sekolah asal Anda. Apa yang Anda lakukan
pada waktu itu, mengapa?
Jawaban
Pernah.
Ketika beberapa teman berbeda pendapat tentang “komisi” penggunaan buku pelajaran. Akhirnya
dimusyawarahkan dengan mengedepankan kepentingan sekolah/lembaga, bahwa masalah
rejeki sudah ada Yang Mengatur, bahwa kepentingan/kemajuan sekolah/ lembaga
merupakan kepentingan bersama dan semua ditujukan untuk memberikan pelayanan
yang lebih maksimal untuk murid.
4. Pernahkah Anda setelah
mengambil suatu keputusan, bertanya pada diri sendiri, "Apakah keputusan
yang Anda ambil adalah keputusan yang tepat?" "Apakah seharusnya saya
mengambil keputusan yang lain?" Kira-kira apa yang membuat Anda mempunyai
pemikiran seperti itu?
Sering.
Saya selalu mengevaluasi keputusan yang saya ambil dengan mempertimbangkan
dampak keputusan yang saya ambil tersebut. Hal ini disebabkan karena terkadang
saya memikirkan bahwa saya hanyalah manusia biasa yang sangat mungkin untuk
bisa melakukan kesalahan. Karenanya sering sebelum mengambil keputusan, saya
meminta pertimbangan dari orang-orang terkait.
5. Pertanyaan-pertanyaan apa
yang ingin Anda tanyakan pada sesi Pengambilan Keputusan berbasis Pemimpin
Pembelajaran ini? Apa yang selama ini menjadi tantangan bagi Anda dalam
mengambil suatu keputusan sebagai pemimpin pembelajaran?
Pertanyaan
yang selalu mengusik pikiran saya adalah: Bagaimana mengambil keputusan dengan
bijak, tanpa menyakiti/merugikan orang lain? Bagaimana keputusan yang saya buat
ini memenuhi semua kaidah-kaidah yang berlaku?
Tantangan
yang selalu menjadi tantangan bagi saya untuk mengambil suatu keputusan adalah
ketika berhubungan dengan perasaan. (kasian, tidak tega, dll)
6. Harapan-harapan apa saja
yang Anda inginkan dengan mengikuti modul 3. 1-Pengambilan Keputusan berbasis
Pemimpin Pembelajaran? Apa yang ingin Anda capai setelah belajar tentang modul
3. 1 ini?
Jawaban:
Harapan
saya setelah mempelajari modul ini adalah: saya bisa mengambil keputusan
denggan bijaksana, dan bisa mendorong murid-murid saya memiliki profil Pelajar
Pancasila seperti yang tertuang dalam Tujuan Pendidikan Nasional.
Kadang
memang benar untuk memegang peraturan, tapi terkadang membuat pengecualian juga
merupakan tindakan yang benar. Pilihan untuk menuruti peraturan dapat dibuat
berdasarkan rasa hormat terhadap keadilan (atau sama rata). Pilihan untuk
membengkokkan peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa kasihan (kebaikan)
Misalnya ada peraturan di rumah Anda harus ada di rumah pada saat makan malam.
Misalnya suatu hari Anda pulang ke rumah terlambat karena seorang teman
membutuhkan bantuan Anda. Ini dapat menunjukkan dilema keadilan lawan rasa
kasihan, terhadap orang tua Anda. Apakah ada konsekuensi dari melanggar
peraturan tentang pulang ke rumah tepat waktu untuk makan malam, atau haruskah
orang tua Anda membuat pengecualian? Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs
loyalty) Kejujuran dan kesetiaan seringkali menjadi nilai-nilai yang
bertentangan dalam situasi dilema etika. Kadang kita perlu untuk membuat
pilihan antara berlaku jujur dan berlaku setia (atau bertanggung jawab) kepada
orang lain. Apakah kita akan jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta
atau kita menjunjung nilai kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu, atau
komitmen yang telah dibuat sebelumnya. Pada jaman perang, tentara yang
tertangkap kadang harus memilih antara mengatakan yang sebenarnya kepada pihak
musuh atau tetap setia kepada teman tentara yang lain. Hampir dari kita semua
pernah mengalami harus memilih antara mengatakan yang sebenarnya atau
melindungi teman (saudara) yang dalam masalah. Ini adalah salah satu contoh
dari pilihan atas kebenaran melawan kesetiaan. Jangka pendek lawan jangka
panjang (short term vs long term) Paradigma ini paling sering terjadi dan mudah
diamati. Kadang perlu untuk memilih antara yang kelihatannya terbaik untuk saat
ini dan yang terbaik untuk masa yang akan datang. Paradigma ini bisa terjadi di
level personal dan permasalahan seharihari, atau pada level yang lebih luas,
misalnya pada issue-issue dunia secara global, misalnya lingkungan hidup dll.
Orang tua kadang harus membuat pilihan ini. Contohnya: Mereka harus memilih
antara seberapa banyak uang untuk digunakan sekarang dan seberapa banyak untuk
ditabung nanti. Pernahkah Anda harus memilih antara bersenang-senang atau
melatih instrumen musik atau berolahraga? Bila iya, Anda telah membuat pilihan
antara jangka pendek melawan jangka panjang. Artikel disarikan dari Buku “How
Good People Make Tough Choices: Resolving the Dilemmas of Ethical Living,
Rusworth M.Kidder, 1995, USA: HarperCollins Publishers
Alhamdulillah…. Pekan 17
Comments
Post a Comment