Jurnal Refleksi Pekan Ke 10
Jurnal Pendidikan Calon Guru Penggerak Minggu 10
PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI
Periode
24-30 Oktober 2021
Pekan ini dimulai modul baru, modul 2.1 tenytang memenuhi kebutuhan
murid dengan pembelajran berdiferensiasi. . Seperti biasa, dimulai dari alur
MERDEKA, Mulai dari diri sendiri, dlam kegiatan ini kami diminta untuk menjawab
beberapa pertanyaan:
- menjawab beberapa pertanyaan yang terkait dengan pembelajaran berdiferensiasi.
- menonton sebuah video yang berjudul Sekolah Hewan dan memberikan pendapat tentang video tersebut.
- menuliskan pertanyaan-pertanyaan yang saat ini Anda miliki terkait dengan pembelajaran berdiferensiasi.
Sangat terinspirasi dengan video Sekolah Hewan, dan menyadari, betapa
ternyata kita tidak bisa memaksakan pola pembelajaran denganmenyamaratakan
semua anak. Satu kutipan dari KI Hajar Dewantara tentang keharusan guru
memiliki skill mendidik, “Serupa seperti para pengukir yang memiliki pengetahuan
mendalam tentang keadaan kayu, jenis-jenisnya, keindahan ukiran, dan cara-cara
mengukirnya. Seperti itulah seorang guru seharusnya memiliki pengetahuan
mendalam tentang seni mendidik, Bedanya, Guru mengukir manusia yang memiliki
hidup lahir dan batin.”
Pada bagian eksplorasi konsep tentang pembelajaran
berdiferensiasi, banyak hal baru saya dapatkan, dan semuanya ternyata
memberikan pelayanan pendidikan maksimal untuk murid dan ini bisa mulai kita
laksanakan di kelas-kelas kita.
Pengertian Pembelajaran Berdiferensiasi
Menurut Tomlinson (2001: 45), Pembelajaran Berdiferensiasi adalah
usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan
belajar individu setiap murid. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan serangkaian keputusan masuk akal (common
sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Pembelajaran
berdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar murid dan
bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut. Keputusan-keputusan
yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:
1. Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Jadi bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga muridnya.
2. Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.
3. Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.
4. Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
5. Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.
Dalam
pembelajaran berdiferensiasi ini kita bisa melihat tiga aspek besar:
1. Mengidentifikasi
atau Memetakan Kebutuhan Belajar Murid
2.
Mengembangkan Pembelajaran
3.
Penilaian
Mengidentifikasi atau Memetakan Kebutuhan Belajar Murid
Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How
to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat
mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3
aspek. Ketiga aspek tersebut adalah:
1.
Kesiapan belajar (readiness) murid
2.
Minat murid
3.
Profil belajar murid
Sebagai guru, kita semua tentu tahu bahwa murid akan menunjukkan kinerja
yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan
pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar). Lalu jika
tugas-tugas tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid
(minat), dan jika tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja
dengan cara yang mereka sukai (profil belajar).
1.
KESIAPAN
BELAJAR (READINESS)
Kesiapan
belajar (readiness) adalah kapasitas untuk
mempelajari materi baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan
murid akan membawa murid keluar dari zona nyaman mereka, namun dengan
lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat
menguasai materi baru tersebut.
Ada banyak cara
untuk membedakan kesiapan belajar. Tomlinson (2001: 46) mengatakan bahwa
merancang pembelajaran berdiferensiasi mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada
stereo atau pemutar CD. Untuk mendapatkan kombinasi suara terbaik biasanya Anda
akan menggeser-geser tombol equalizer tersebut terlebih
dahulu. Saat Anda mengajar, menyesuaikan “tombol” dengan tepat untuk berbagai
kebutuhan murid akan menyamakan peluang mereka untuk mendapatkan materi, jenis
kegiatan dan menghasilkan produk belajar yang tepat di kelas Anda.
Tombol-tombol dalam equalizer tersebut mewakili beberapa
perspektif yang dapat kita gunakan untuk menentukan tingkat kesiapan murid.
Dalam modul ini, kita hanya akan membahas 6 perspektif dari beberapa contoh
perspektif yang terdapat dalam Equalizer yang
diperkenalkan oleh Tomlinson (2001: 47).
Tombol-tombol
dalam equalizer mewakili beberapa perspektif kontinum yang dapat digunakan
untuk menentukan tingkat kesiapan murid. Dalam modul ini, kita akan mencoba
membahas 6 dari beberapa contoh perspektif kontinum tersebut, dengan
mengadaptasi alat yang disebut Equalizer yang diperkenalkan oleh Tomlinson
(Tomlinson, 2001).
Kesiapan
Belajara.
Bersifat
mendasar - Bersifat transformative
Saat murid dihadapkan
pada sebuah ide yang baru, yang mungkin belum dikuasainya, mereka
akan membutuhkan informasi pendukung yang jelas, sederhana, dan
tidak bertele-tele untuk dapat memahami ide tersebut. Mereka juga akan
perlu waktu untuk berlatih menerapkan ide-ide tersebut. Selain itu,
mereka juga membutuhkan bahan-bahan materi dan tugas-tugas yang bersifat
mendasar serta disajikan dengan cara yang membantu mereka membangun landasan
pemahaman yang kuat. Sebaliknya, saat murid dihadapkan pada ide-ide yang telah
mereka kuasai dan pahami, tentunya mereka membutuhkan informasi yang lebih
rinci dari ide tersebut. Mereka perlu melihat bagaimana ide tersebut
berhubungan dengan ide-ide lain untuk menciptakan pemikiran baru. Kondisi
seperti itu membutuhkan bahan dan tugas yang lebih bersifat transformatif.
b.
Konkret –
Abstrak
Di lain kesempatan, guru
mungkin dapat mengukur kesiapan belajar murid dengan melihat apakah mereka
masih di tingkatan perlu belajar secara konkret atau sudah siap bergerak
mempelajari sesuatu yang lebih abstrak.
c.
Sederhana
– Kompleks
Beberapa murid mungkin
perlu bekerja dengan materi lebih sederhana dengan satu abstraksi pada satu
waktu, yang lain mungkin bisa menangani kerumitan berbagai abstraksi pada satu
waktu.
d.
Terstruktur
- Open Ended
Kadang-kadang murid
perlu menyelesaikan tugas yang ditata dengan cukup baik untuk mereka, di mana
mereka tidak memiliki terlalu banyak keputusan untuk dibuat. Namun, di waktu
lain murid mungkin siap menjelajah dan menggunakan kreativitas mereka.
e.
Tergantung
(dependent) - Mandiri (Independent)
Walaupun pada akhirnya
kita mengharapkan bahwa semua murid kita dapat belajar, berpikir, dan
menghasilkan pekerjaan secara mandiri, namun sama seperti tinggi badan, mungkin
seorang anak akan lebih cepat bertambah tinggi daripada yang lain. Dengan kata
lain, beberapa murid mungkin akan siap untuk kemandirian yang lebih awal
daripada yang lain.
f.
Lambat –
Cepat
Beberapa murid dengan
kemampuan yang baik dalam suatu mata pelajaran mungkin perlu bergerak cepat
melalui materi yang telah ia kuasai atau sedikit menantang. Tetapi di lain
waktu, murid yang sama mungkin akan membutuhkan lebih banyak waktu daripada
yang lain untuk mempelajari topik yang lain.
Perlu diingat bahwa kesiapan belajar murid bukanlah
tentang tingkat intelektualitas (IQ). Hal ini lebih kepada informasi tentang
apakah pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki murid saat ini, sesuai
dengan keterampilan atau pengetahuan baru yang akan
diajarkan. Adapun tujuan melakukan identifikasi atau pemetaan kebutuhan
belajar murid berdasarkan tingkat kesiapan belajar adalah untuk memodifikasi
tingkat kesulitan pada bahan pembelajaran, sehingga dipastikan murid terpenuhi
kebutuhan belajarnya (Joseph, Thomas, Simonette & Ramsook, 2013: 29).
2. MINAT MURID
Minat merupakan
suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi
atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan diri. Tomlinson (2001: 53),
mengatakan bahwa tujuan melakukan pembelajaran yang berbasis minat, diantaranya
adalah sebagai
berikut:
·
membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara
sekolah dan kecintaan mereka sendiri untuk belajar;
·
mendemonstrasikan keterhubungan antar semua pembelajaran;
·
menggunakan keterampilan atau ide yang dikenal murid
sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang dikenal
atau baru bagi mereka, dan;
·
meningkatkan motivasi murid untuk belajar.
Minat sebenarnya dapat kita lihat dalam 2 perspektif. Yang pertama
sebagai minat situasional. Dalam perspektif ini, minat
merupakan keadaan psikologis yang dicirikan oleh peningkatan perhatian, upaya,
dan pengaruh, yang dialami pada saat tertentu. Seorang anak bisa saja tertarik
saat seorang gurunya berbicara tentang topik hewan, meskipun sebenarnya ia
tidak menyukai topik tentang hewan tersebut, karena gurunya berbicara dengan
cara yang sangat menghibur, menarik dan menggunakan berbagai alat
bantu visual. Yang kedua, minat juga dapat dilihat
sebagai sebuah kecenderungan individu untuk terlibat dalam jangka waktu lama
dengan objek atau topik tertentu. Minat ini disebut juga dengan minat
individu. Seorang anak yang memang memiliki minat terhadap hewan, maka ia akan
tetap tertarik untuk belajar tentang hewan meskipun mungkin saat itu guru yang
mengajar sama sekali tidak membawakannya dengan cara yang menarik atau menghibur.
Karena minat
adalah salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat ‘terlibat aktif’
dalam proses pembelajaran, maka memahami kedua perspektif tentang minat di atas
akan membantu guru untuk dapat mempertimbangkan bagaimana ia dapat
mempertahankan atau menarik minat murid-muridnya dalam belajar.
Pentingnnya
Mempertimbangkan Minat Murid
Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk menarik
minat murid diantaranya adalah dengan:
·
menciptakan situasi pembelajaran yang menarik perhatian
murid (misalnya dengan humor, menciptakan kejutan-kejutan, dsb),
·
menciptakan konteks pembelajaran yang dikaitkan dengan
minat individu murid,
·
mengkomunikasikan nilai manfaat dari apa yang dipelajari
murid,
·
menciptakan kesempatan-kesempatan belajar di mana murid
dapat memecahkan persoalan (problem-based learning).
Seperti juga kita orang dewasa, murid juga memiliki minat sendiri. Minat
setiap murid tentunya akan berbeda-beda. Sepanjang tahun, murid yang
berbeda akan menunjukkan minat pada topik yang berbeda. Gagasan untuk
membedakan melalui minat adalah untuk "menghubungkan" murid pada
pelajaran untuk menjaga minat mereka. Dengan menjaga minat murid tetap tinggi,
diharapkan dapat meningkatkan kinerja murid. Hal lain yang perlu
disadari oleh guru terkait dengan pembelajaran berbasis minat adalah bahwa
minat murid dapat dikembangkan. Pembelajaran berbasis minat seharusnya tidak
hanya dapat menarik dan memperluas minat murid yang sudah ada, tetapi juga
dapat membantu mereka menemukan minat baru.
Untuk membantu guru mempertimbangkan
pilihan yang mungkin dapat diberikan pada murid, guru dapat mempertimbangkan
area minat dan moda ekspresi yang mungkin digunakan oleh murid-murid mereka.
(Tomlinson, 2001)
Perlu diingat
bahwa daftar pada tabel hanya sebagai contoh. Daftar tersebut tentunya masih
dapat ditambah atau diperluas.
3. PROFIL BELAJAR MURID
Profil Belajar mengacu pada cara-cara bagaimana kita
sebagai individu paling baik belajar. Tujuan dari mengidentifikasi atau
memetakan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar adalah untuk
memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara natural dan efisien.
Namun demikian, sebagai guru, kadang-kadang kita secara tidak sengaja cenderung
memilih gaya belajar yang sesuai dengan gaya belajar kita
sendiri. Padahal kita tahu setiap anak memiliki profil belajar
sendiri. Memiliki kesadaran tentang ini sangat penting agar guru dapat
memvariasikan metode dan pendekatan mengajar mereka.
Profil belajar murid terkait dengan banyak faktor.
Berikut ini adalah beberapa diantaranya:
·
Preferensi terhadap lingkungan belajar, misalnya terkait
dengan suhu ruangan, tingkat kebisingan, jumlah cahaya, apakah lingkungan
belajarnya terstruktur/tidak terstruktur, dsb.
Contohnya: mungkin ada anak yang tidak dapat belajar di ruangan yang terlalu
dingin, terlalu bising, terlalu terang, dsb.
·
Pengaruh Budaya: santai - terstruktur, pendiam -
ekspresif, personal - impersonal.
· Preferensi gaya belajar. Gaya belajar adalah bagaimana
murid memilih, memperoleh, memproses, dan mengingat informasi
baru. Secara umum gaya belajar ada tiga, yaitu:
1. visual: belajar dengan melihat (misalnya melalui materi
yang berupa gambar, menampilkan diagram, power point, catatan, peta, graphic
organizer );
2. auditori: belajar dengan mendengar (misalnya mendengarkan
penjelasan guru, membaca dengan keras, mendengarkan pendapat saat
berdiskusi, mendengarkan musik);
3. kinestetik: belajar sambil melakukan (misalnya bergerak
dan meregangkan tubuh, kegiatan hands on, dsb). Mengingat bahwa
murid-murid kita memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, maka penting bagi
guru untuk berusaha untuk menggunakan kombinasi gaya mengajar.
· Preferensi berdasarkan kecerdasan majemuk (multiple intelligences): visual-spasial,
musical, bodily-kinestetik, interpersonal, intrapersonal,
verbal-linguistik, naturalis, logic-matematika.
Guru dapat mengidentifikasi kebutuhan murid dengan
berbagai cara. Berikut ini adalah beberapa contoh cara-cara yang dapat
dilakukan guru untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar murid.
a. mengamati perilaku murid-murid
mereka;
b. mengidentifikasi pengetahuan awal
yang dimiliki oleh murid terkait dengan topik yang akan dipelajari;
c. melakukan penilaian untuk
menentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka saat ini, dan kemudian
mencatat kebutuhan yang diungkapkan oleh informasi yang diperoleh dari proses
penilaian tersebut;
d.
mendiskusikan kebutuhan
murid dengan orang tua atau wali murid;
e.
mengamati murid ketika mereka
sedang menyelesaikan suatu tugas atau aktivitas;
f.
bertanya atau mendiskusikan
permasalahan dengan murid;
g. membaca rapor murid dari kelas
mereka sebelumnya untuk melihat komentar dari guru-guru sebelumnya atau melihat
pencapaian murid sebelumnya;
h.
berbicara dengan guru murid
sebelumnya;
i. membandingkan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai dengan tingkat pengetahuan atau keterampilan
yang ditunjukkan oleh murid saat ini;
j. menggunakan berbagai penilaian
penilaian diagnostik untuk memastikan bahwa murid telah berada dalam level
yang sesuai;
k. melakukan survey untuk
mengetahui kebutuhan belajar murid;
l. mereview dan melakukan refleksi
terhadap praktik pengajaran mereka sendiri untuk mengetahui efektivitas
pembelajaran mereka; dll.
Perlu diperhatikan bahwa mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan
belajar murid, tidak selalu harus melibatkan sebuah kegiatan yang rumit. Guru
yang memperhatikan dengan saksama hasil penilaian formatif, perilaku murid atau
terbiasa mendengarkan dengan baik murid-muridnya biasanya akan dengan mudah
mengetahui kebutuhan belajar murid-muridnya.
Karakteristik
pembelajaran berdiferensiasi
1. Pembelajaran
berfokus pada konsep dan prinsip pokok. Dalam hal ini, semua siswa
mengeksplorasi konsep-konsep pokok bahan ajar. Dengan cara seperti ini, semua
siswa, termasuk siswa yang agak lambat (struggling learners)
bisa memahami dan menggunakan ide-ide dari konsep yang diajarkan. Pada saat
yang sama, siswa berbakat memperluas pemahaman dan aplikasi konsep pokok
tersebut. Pengajaran lebih menekankan siswa untuk memahami materi pelajaran dan
bukannya menghapal serpihan-serpihan informasi. Pengajaran berbasis konsep dan
prinsip mendorong guru untuk memberikan beragam pilihan
dalam belajar.
2. Evaluasi
kesiapan dan perkembangan belajar siswa diakomodasi ke dalam kurikulum. Hal ini
mengisyaratkan bahwa tidak semua siswa memerlukan satu kegiatan atau bagian
tertentu dari proses pembelajaran secara sama. Guru perlu terus menerus
mengevaluasi kesiapan dan minat siswa dengan memberi kan dukungan bila siswa
membutuhkan interaksi dan bimbingan tambahan, serta memperluas eksplorasi siswa
terutama bagi mereka yang sudah siap untuk mendapatkan pengalaman belajar yang
lebih menantang.
3. Ada
pengelompokan siswa secara fleksibel. Dalam pembelajaran berdiferensiasi, siswa
berbakat sering belajar dengan banyak pola, seperti belajar sendiri-sendiri,
belajar berpasangan, maupun belajar dalam kelompok. Kadang-kadang tugas juga
perlu dirancang berdasarkan tingkat kesiapan siswa, minat, gaya sebelajar siswa
maupun kombinasi antara tingkat kesiapan, minat, dan gaya belajar. Cara belajar
linier dan klasik juga digunakan untuk mengajarkan ide baru.
4. Siswa
menjadi penjelajah aktif (active explorer).
Tugas guru adalah membimbing eksplorasi tersebut. Karena beragam kegiatan dapat
terjadi secara simultan di dalam kelas, guru akan berperan sebagai pem-bimbing
dan fasilitator, dan bukannya sebagai dispenser informasi.
3 Strategi
Pembelajaran Berdiferensiasi
1. Diferensiasi Konten
Konten adalah apa
yang kita ajarkan pd murid-murid kita sebagai tanggapan terhadap kesiapan,
minat dan profil atau kombinasi ketiganya. Jenis informasi yang disiapkan harus sesuai
dengan kesiapan belajar . Bahan ajar harus dapat membantu murid mengembangkan
ide dan memberikan pertanyaan pemandu dan tantangan. Murid juga harus diberikan
kebebasan pada murid untuk mencari informasi sesuai minat mereka. Memperhatikan
gaya belajar murid, visual, audio, atau kinestetik. agar kebutuhan belajar
murid terpenuhi. Equalizer dapat mebantu kesiapan belajar
murid. Diferensiasi konten berdasarkan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar
2. Strategi Diferensasi Proses
Strategi berdiferensiasi proses perlu memahami
apakah murid akan belajar secara berkelompok atau mandiri. Guru menetapkan
jumlah bantuan yang akan diberikan pada murid-murid. Siapa sajakah murid yang
membutuhkan bantuan dan siapa sajakah murid yang membutuhkan pertanyaan pemandu
yang selanjutnya dapat belajar secara mandiri. Semua hal tersebut harus
dipertimbangkan dalam skenario pembelajaran yang akan dirancang. Cara diferensiasi
proses di antaranya:
a. Kegiatan berjenjang, di
mana semua murid bekerja membangun pemahaman yang sama tetapi dilakukan dengan
dukungan, tantangan dan kompleksitas yang berbeda.
b. Menyediakan pertanyaan
pemandu atau tantangan melalui sudut-sudut minat, dengan demikian akan
mendorong murid mengeksplorasi berbagai materi yang dipelajari.
c. Membuat agenda individual
untuk murid, misalnya guru membuat daftar tugas berisi pekerjaan umum untuk
semua kelas serta daftar pekerjaan yang terkait dengan kebutuhan individual
murid. Jika murid telah selesai mengerjakan pekerjaan umum maka mereka dapat
selesai melihat agenda individual dan pekerjaan yang dibuat khusus untuk mereka
d. Memfasilitasi lama waktu
yang murid dapat ambil untuk menyelesaikan tugas. Dalam hal ini untuk
memberikan dukungan bagi murid yang mengalami kesulitan atau sebaliknya
mendorong murid yang cepat untuk mengejar topik secara lebih mendalam.
e. Mengembangkan kegiatan yang
bervariasi yang mengakomodasi gaya belajar visual, auditori dan kinestetik.
f. Menggunakan pengelompokan
yang fleksibel yang sesuai dengan kesiapan, kemampuan dan minat murid.
3. Strategi Diferensiasi Produk
Kita akan memikirkan tentang tagihan apa yang kita minta dari murid,
produk ini adalah hasil kerja atau unjuk kerja yang disajikan murid, yang ada
wujudnya, biasa karangan, pidato, pertunjukan, presentasi, rekaman, diagram
atau lainnya yang penting produk ini harus menggambarkan pemahaman murid dan
berhubungan dengan tujuan pembelajarn yag diharapkan
Pada dasarnya mendeferensiasi produk meliputi 2 hal, yaitu memberikan
tantangan/keragaman/variasi, dan memberikan
pilihan bagi murid utk mengekspresikan pembelajaran yang mereka inginkan
Komunitas
Belajar
Komunitas belajar=adalah semua komunutas yg
semua anggotanya adalah pembelajar. Lingkungan belajar yang mendukung
pembelajaran berdiferensiasi adalah lingkungan Komunitas belajar yang mendukung
pembelajaran berdiferensiasi. Karakteristik komunitas belajar yang efektif
mendukung pembelajaran berdiferensiasi menurut carol and Tomlinson:
1.
Setiap orang di dalam kelas akan menyambut dan merasa disambut
dengan baik
2.
Setiap orang di keals tersebut salong menghargai
3.
Murid akan merasa aman
4.
Ada harapan bagi peretumbuhan
5.
Guru mengajar untuk mencapai kesuksesan
6.
Ada keadilan dalam bentuk yang nyata
7.
Guru dan murid berkolaborasi untuk kesuksesan bersama
Guru memegang peran yg sangat penting dalam membentuk
atmosfir yang positif.
Penilaian
Artikel : Tomlinson &
Moon (2013) mengatakan bahwa penilaian adalah proses mengumpulkan, mensintesis,
dan menafsirkan informasi di kelas untuk tujuan membantu pengambilan keputusan
guru. Ini mencakup berbagai informasi yang membantu guru untuk memahami murid
mereka, memantau proses belajar mengajar, dan membangun komunitas kelas yang
efektif. Di dalam kelas, kita dapat memandang penilaian dalam 3 perspektif:
1.
Assessment
for learning: Penilaian yang dilakukan selama
berlangsungnya proses pembelajaran dan biasanya digunakan sebagai dasar untuk
melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berfungsi sebagai penilaian
formatif. Sering disebut sebagai penilaian yang berkelanjutan (on-going
assessment).
2.
Assessment
of learning: Penilaian yang dilaksanakan setelah proses
pembelajaran selesai. Berfungsi sebagai penilaian sumatif.
3.
Assessment
as learning: Penilaian sebagai proses belajar dan melibatkan murid-murid
secara aktif dalam kegiatan penilaian tersebut. Penilaian ini juga dapat
berfungsi sebagai penilaian formatif.
Dalam
kegiatan kolaborasi yang dilaksanakan tanggal 28 Oktober dan 29 Oktober,
peserta dibagi dalam 3 kelompok jenjang pendidikan, SD, SMP, dan SMA. Karena
jumlah peserta dari SMP terbanyak, maka saya masuk kelompok SMA. Kami diminta
untuk membuat satu RPP berdiferensiasi dan kemudian saling berdiskusi dan
memberi masukan terhadap RPP yang dibuat oleh tiap kelompok, untuk kemudian
mengunggah hasil kerja kelompok kami dalam LMS. Alhamdulillah… banyak mendapat
pelajaran dari diskusi yang dipimpin oleh fasilitator ini.
Selesai
sepekan kegiatan pelatihan Guru Penggerak Modul 2.1 tentang Pembelajaran
Berdiferensiasi ini.
Contohnya: mungkin ada anak yang tidak dapat belajar di ruangan yang terlalu dingin, terlalu bising, terlalu terang, dsb.
dalam belajar.
Comments
Post a Comment