Jurnal Refleksi Pekan 5

 Pendidikan Calon Guru Penggerak Minggu 5

 

Periode 12-18 September 2021

 

Bismillah, pekan padat. Selama 6 hari dari tanggal 13-18 September 2021 mengikuti kegiatan Diklat Pembina Ekstrakurikuler Bidang IPA Angkatan 8 yang diselenggarakan oleh PPPPTK IPA Bandung, bertempat di Hotel Fave Subang. Mulai pelatihan sampai dengan selesai “nyaris” tidak sempat untuk membuka LMS Guru Penggerak, karena jadwal pelatihan yang lumayan padat dan tugas-tugas pelatihan yang juga lumayan banyak. Dalam kegiatan Diklat ini ternyata ada juga teman-teman Guru IPA yang juga Calon Guru Penggerak ikut menjadi peserta, jadi ada teman senasib pejuang LMS, haha… Weekend akhirnya menjadi pilihan waktu untuk mengerjakan LMS. Alhamdulillah.. bisa diselesaikan 

Saat pembukaan Diklat jam 16.00 sore bertepatan dengan jadwal G-meet dengan instruktur, Bapak Mansyur Ridho. Karena harus dua konsentrasi, jadi serasa pertemuan G-meet tidak maksimal mendengarkan penjelasan dan diskusi menarik tentang otak manusia, fenomena gunung es, dan pertanyaan-pertanyaan menarik yang disampaikan melalui chat dan mentimeter. Beberapa materi menarik dari Bapak Ridho Mansyur saya rangkum sebagai berikut:

Pembentukan Nilai Diri

Seperti fenomena gunung es, perubahan perilaku dan penumbuhan karakter manusia berawal dari nilai-nilai, kepercayaan dan pola pikir yang merupakan perilaku (soft skill) yang menjadi identitas yang tidak terlihat (88%) hingga akhirnya identitas ini akan muncul/nampak sebagai karakter yang terlihat (12%).


Sumber: Pelatihan Calon Guru Penggerak


         Peran sebagai guru merupakan kesempatan emas bagi kita untuk bisa memberikan tuntunan agar karakter baik murid bisa tumbuh maksimal. Guru harus bisa membantu muridnya memahami nilai-nilai kebaikan dalam diri mereka sendiri, kemudian mereka mempercayainya sebagqai bagian yang tidak terpisahkan dari siapa mereka, hingga kemudian mereka terus menghidupinya. Guru dengan karakter yang baik melestrikan nilai-nilai kebaikan di tengah masyarakat melalui murid-murid mereka. 

        Tentu saja pembentukan karakter baik ini membutuhkan komitmen, konsistensi,  dan waktu yang tidak sebentar. Karenanya peran Tri Sentra pendidikan sangat dibutuhkan untuk mendukung tercapainya pembentukan karakter baik ini.

Seperti fenomena gunung es, perubahan perilaku dan penumbuhan karakter manusia berawal dari nilai-nilai, kepercayaan dan pola pikir yang merupakan perilaku (soft skill) yang menjadi identitas yang tidak terlihat (88%) hingga akhirnya identitas ini akan muncul/nampak sebagai karakter yang terlihat (12%).

Guru memiliki kesempatan untuk bisa mengembangkan lingkungan belajar dimana murid berproses menumbuhkan nilai-nilai dirinya melalui lingkungan yang sifatnya fisik (ekstrinsik) dan yang sifatnya psikis (intrinsik). Manusia memiliki dua sistem berfikir, yaitu sitem berfikir cepat dan sistem berfikir lambat. Sistem inilah yang nantinya akan mempengaruhi bagaimana manusia bersikap.

·    Sistem Berfikir 1, yaitu sistem berfikir cepat. Sistem berfikir cepat dikelola  otak reptile dan otak mamalia, sistem ini bekerja menghemat energy secara otomatis/tidak sadar. (2 orang yg turun menggunakan eskalator, energi tidak banyak dipakai, energy terkonservasi)

·   Sistem berfikir 2, yaitu sistem berfikir lambat yang dikelola oleh otak primate dan otak luhur manusia. Sistem ini bekerja dengan energy lebih, seperti kita berjalan naik pada escalator yang berjalan turun. Diperlukan energi banyak untuk dapat naik di escalator yang berjalan turun. Sistem ini digunakan untuk berpikir kompleks yang dikelola oleh otak luhur manusia. 


                                            Sumber: Pelatihan Calon Guru Penggerak


Nah, itulah materi dari Pak Mansyur Ridho pada pertemuan G-meet yang tak terasa selama 1,5 jam berjalan dengan cepat. Diskusi-diskusi dengan teman-teman Calon Guru Penggerak pun berjalan seru dan hangat.

Dalam pelaksanaannya, akan ada saja yang tidak/kurang mendukung peran kita sebagai Guru Penggerak. Karenanya kematangan nilai-nilai yang dimiliki seorang Guru Penggerak sangat penting, karena disinilah ujiannya, sejauh mana nilai kemampuan reflektif kita untuk memetakan masalah dari mengapa mereka kurang mendukung program kita untuk kemudian kita berinovasi untuk menyelesaikan masalah dengan menggunakan berbagai informasi dan sudut pandang dan mengadakan pendekatan kolaboratif sehingga akhirnya mereka bisa mendukung program dalam rangka memaksimalkan peran kita sebagai Guru Penggerak.

Hal lain yang menjadi kendala juga bisa datang dari diri kita sendiri. Rasa malas, lelah, jenuh dan sifat-sifat manusiawi lainnya pasti akan muncul, karenanya semangat kolaboratif dengan sesame teman Calon Guru Penggerak harus terus kita jaga, agar bisa saling menyemangati untuk bisa terus semangat memperbaiki diri menjadi lebih baik lagi.

Griya Cinangsi Asri


Comments

Post a Comment

Popular Posts