JUrnal Refleksi Pekan 4
Pendidikan Calon Guru Penggerak
Minggu 4
Periode 5-11 September
2021
Be
Smart
Tak terasa, sudah memasuki pekan keempat
pendidikan Calon Guru Penggerak, setelah Lokakarya 1 di pekan sebelumnya,
memberi semangat baru untuk pekan ke empat ini. Di awal pekan, Senin, 6
September 2021 kegiatan elaborasi menggunakan G-Meet dengan Fasilitator yang
sangat sabar, Pak Henri Rianto berjalan tanpa terasa waktunya. Diskusi kelompok
yang hangat tentang cara menyelesaikan tugas dalam kelompok dan teknis
prenentasi kelompok untuk esok hari ternyata tidak cukup dengan waktu yang ada,
sehingga kemudian kami menyepakati untuk mebahas diskusi di grup WA untuk
menuntaskan rencana presentasi kelompok esok hari. Alhamdulillah bisa selesai
menyiapkan presentasi dan teknis pembagian presentasi pada waktunya.
Presentasi di hari kedua elaborasi
tentang pengalaman dan strategi nilai dan peran guru penggerak berjalan seru
dan menyenangkan. Mendengarkan pengalaman-pengalaman dari teman-teman sesama Calon Guru Penggerak ternyata
sangat beragam, unik dan memberi inspirasi. Pemaparan strategi untuk mencapai
tujuan yang diinginkan dengan menerapkan nilai dan peran Guru Penggerak juga
asyik. Banyak hal baru dan ide-ide baru yang bisa kita terapkan di sekolah
nanti.
Alhamdulillah… setelah tugas pertama di
pekan kedua, tugas selanjutnya di pekan ketiga ini bisa kami kerjakan dalam
kelompok yang sama, dan semakin kompak.
Tugas LMS di pekan ini adalah
menyelesaikan LMS tentang refleksi nilai dan peran guru penggerak. Demonstrasi
kontekstual tentang nilai dan peran guru penggerak dalam dua dimensi saya buat
dengan menggunakan Canva.
Nilai dan Peran Guru Penggerak
Setiap murid sudah memiliki gambaran samar kodrat
dirinya, Guru-lah yang bertugas untuk “menuntun” agar
kodrat positif tidak lagi samar, tetapi menjadi jelas dan tumbuh melekat
pada dirinya. Terus belajar untuk memaksimalkan potensi
diri agar dapat memberikan makna yang dalam pada
pikiran murid, itulah sejatinya manusia pembelajar.
Pengalaman belajar di rentang usia sekolah merupakan masa usia dimana
kurva belajar sedang maksimal. Di masa itu kondisi cipta, karsa dan rasa siswa
sedang berada di puncak pertumbuhan dan perkembangan. Jika proses belajar yang
diberikan bisa maksimal, maka di rentang usia aktif, siswa sudah bisa
memberikan kontribusi aktif hasil belajarnya.
Peran sebagai guru merupakan kesempatan emas bagi kita untuk bisa
memberikan tuntunan agar karakter baik murid bisa tumbuh maksimal. Guru harus bisa membantu muridnya
memahami nilai- nilai kebaikan dalam diri mereka sendiri, kemudian mereka
mempercayainya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari siapa mereka, hingga
kemudian mereka terus menghidupinya. Guru dengan karakter yang baik
melestarikan nilai-nilai kebaikan di tengah masyarakat melalui murid-murid
mereka. Agar proses ini berhasil baik, maka nilai-nilai ini harus sebelumnya
dimiliki oleh seorang guru, yaitu nilai kemandirian, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta
keberpihakan pada murid. Nilai-nilai
inilah yang harus saya miliki sebagai seorang guru.
Setelah mempelajari kembali tentang
nilai-nilai yang harus dimiliki sebagai seorang Guru Penggerak, saya menyadari,
bahwa masih banyak hal yang harus saya kembangkan, masih banyak ilmu yang harus
saya pelajari, masih banyak latihan-latihan yang masih harus saya jalankan,
untuk menjadikan nilai-nilai ini menajdi bagian dari karakter saya sebagai
seorang guru.
Seperti fenomena gunung es, perubahan perilaku dan penumbuhan karakter
manusia berawal dari nilai-nilai, kepercayaan dan pola pikir yang merupakan
perilaku(soft skill) yang menjadi identitas yang tidak terlihat (88%) hingga
akhirnya identitas ini akan muncul/nampak sebagai karakter yang terlihat (12%).
Tentu saja pembentukan
karakter baik ini membutuhkan komitmen, konsistensi, dan waktu yang tidak sebentar. Karenanya Saya
sangat berbahagia bisa bergabung di Pelatihan Guru Penggerak ini untuk bisa
merefleksi dan memperbaiki nilai-nilai dan peran saya sebagai seorang guru.
Hasil refleksi pribadi terhadap nilai-nilai yang harus saya miliki
sebagai seorang Guru Penggerak adalah bahwa saya masih harus memaksimalkan lagi
semua nilai-nilai itu di dalam kelas-kelas saya. Berikut ini adalah nilai-nilai
yang sudah pernah saya kembangkan, tetapi saya merasa masih belum maksimal
untuk mengembangkan nilai-nilai itu, :
1.
Mandiri. Mandiri itu
tidak tergantung pada orang/sesuatu untuk bisa/mau melakukan sesuatu. Sebagai
contoh ketika kita ingin menguasai suatu kemampuan, maka tidak harus menunggu
ada panggilan pelatihan untuk menguasai kemampuan tersebut, tetapi mencari
sendiri pelatihan-pelatihan lain yang bisa mendorong dimilikinya kemampuan
tersebut. Hal ini saya alami ketika dimulainya masa pembelajaran daring di masa
pandemic. Kondisi ini memaksa saya untuk meningkatkan kemampuan IT yang baik untuk
memberikan pelayanan pembelajaran pada murid, mencari sendiri dengan bantuan “mbah google” untuk bisa memaksimalkan
WA grup dalam pembelajaran, disesuaikan dengan kondisi murid saya yang
kemampuan IT nya sangat minimalis.
2.
Reflektif. Guru
Penggerak yang memiliki nilai reflektif mau membuka diri terhadap pengalaman
yang baru dilaluinya, lalu melakukan evaluasi terhadap apa saja hal yang sudah
baik, serta apa yang perlu dikembangkan. Apa yang dievaluasi tentu saja
beragam, bisa terhadap kekuatan dan keterbatasan diri sendiri, pendapat yang
dimiliki oleh diri sendiri, proses, dll. Guru Penggerak yang reflektif tidak
hanya berhenti sampai berefleksi namun juga sampai melakukan aksi perbaikan
yang bisa dilakukan. Mereka juga senantiasa terbuka untuk meminta dan menerima
umpan balik dari orang-orang di sekelilingnya. Seperti misalnya kita ingin
mengetahui keberhasilan kita dalam proses pembelajaran di kelas, maka kita
memina murid untuk memberikan tanggapan terhadap proses pembelajaran yang baru
saja mereka dapatkan. Pengalaman reflektif ini sering saya lakukan saat saya
dan teman-teman melaksanakan suatu kegiatan bersama di komunitas-komunitas yang
saya ikuti.
3.
Kolaboratif. Kata
kunci kolaboratif=kerjasama, berarti kita membuat hubungan dengan sesuatu
diluar diri kita. Berarti bukan lagi “aku” tetapi “kita”, “kami”. Sebagai
seorang Guru Penggerak, kita harus bisa membuka hati untuk bisa bekerja sama
dan membangun hubungan dengan siapapun dan apapun agar bisa memaksimalkan peran
kita sebagai Guru Penggerak. Menurut saya, Guru Penggerak yang menjiwai nilai kolaboratif mampu membangun rasa
kepercayaan dan rasa hormat antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya, serta
mengakui dan mengelola perbedaan peran yang diemban oleh masing-masing tiap
pemangku kepentingan sekolah dalam mencapai tujuan bersama. Perlu
diperhatikan, kolaboratif mampu muncul dalam perilaku seperti kerjasama,
berkomunikasi, memahami peran masing-masing pihak dalam suatu situasi tertentu,
termasuk memberikan feedback juga merupakan bagian dari kolaborasi. Selalu saja
dalam pelaksanaannya kita harus bersiap ketika menghadapi kendala kolaboratif
ini. Pengalaman kolaborasi indah saat kita bisa berbagi peran dalam keluarga
agar saya bisa mengerjakan semua tugas-tugas Guru Penggerak dengan baik.
Semangaaaaattt!!
4.
Inovatif. Inovatif berarti
seorang Guru Penggerak mampu senantiasa memunculkan gagasan-gagasan baru dan
tepat guna terkait situasi tertentu ataupun permasalahan tertentu. Guru Penggerak berinovasi di dalam kelas untuk bisa
menghadirkan suasana kelas yang menyenangkan saat belajar dengan
permainan/games. Ketika menemukan murid kesulitan dalam memahami suatu konsep
materi, maka ia akan mencari model pembelajaran atau alat peraga apa yang bisa
dipakai untuk bisa memahamkan muridnya tentang konsep tersebut. Contoh
pengalaman pribadi ketika murid kesulitan dalam membedakan istilah-istilah yang
baru mereka kenal dalam persilangan. Saya membuat permainan kartu untuk
memudahkan siswa mengingat istilah-istilah dalam persilangan itu.
5.
Keberpihakan pada
murid. Filosofi utama dari Ki Hadjar
Dewantara menekankan pada pemusatan orientasi pendidikan pada murid. Sebagai
Guru Penggerak, mengutamakan keberpihakan pada murid adalah pedoman perilaku
yang utama. Yang pertama dan utama adalah murid, sebagai focus tujuan pembelajaran.
Semua pertimbangan didasarkan atas kebutuhan dan kepentingan murid. Bahwasanya
pembelajaran diberikan dengan melihat kebutuhan, minat dan bakat murid dalam
rangka mendorong merdeka belajar. Memberikan kebebasan pada murid ketika
mengerjakan tugas pilihan yang harus mereka kerjakan adalah salah satu nilai
yang coba saya kembangkan untuk memperkuat nilai keberpihakan pada murid ini.
Kompetensi Guru Penggerak tidak hanya
berfokus pada pengembangan diri, tetapi juga memiliki peran untuk bisa mengembangkan
lingkungan sekitar untuk bisa juga bergerak bersama-sama. Dari 4 kompetensi
yang harus dimiliki oleh seorang Guru Penggerak, ini maka munculah peran yang harus dikuasai oleh
seorang Guru Penggerak, yaitu : menjadi
pemimpin pembelajaran, menggerakan komunitas praktisi pendidikan, menjadi coach
bagi guru lain, mendorong kolaborasi antar guru, mewujudkan kepemimpinan murid.
Lima peran Guru Penggerak belum
sepenuhnya saya miliki. Sebagian besar peran yang selama ini sering dilakukan
adalah menggerakan komunitas praktisi pendidikan, menjadi coach bagi guru lain,
dan mendorong kolaborasi antar guru. Peran ini dilaksanakan di sekolah dan
komunitas MGMP baik di tingkat Sekolah, maupun di tingkat Kabupaten. Peran
dalam manajemen pendidikan ini akhirnya “agak” menjauhkan peran saya untuk bisa
mewujudkan kepemimpinan murid di dalam kelas-kelas saya.
Pengalaman terkait peran Guru Penggerak
dalam menggerakan komunitas praktisi pendidikan dalam forum MGMP Mata Pelajaran
IPA di Kabupaten Subang, seperti merancang kegiatan untuk peningkatan
kompetensi sebagai guru IPA, mendorong teman-teman dalam komunitas MGMP untuk
mengikuti kegiatan-kegiatan dari mulai pembuatan rencana pembelajaran IPA yang
menarik, sampai dengan peningkatan kompetensi sebagai guru IPA, dan lain-lain.
Semakin menyadari, saya harus banyak
belajar dan harus siap menerima perubahan-perubahan yang terjadi. Dengan
bergabungnya saya di Pelatihan Guru Penggerak selama 9 bulan ke depan, saya
berharap bisa semakin memantapkan nilai dan peran saya sebagai seorang guru
yang mampu menggerakkan lingkungan dimana saya berada untuk bisa secara
maksimal bersama-sama mewujudkan tujuan pendidikan.
Dalam pelaksanaannya, akan ada saja yang tidak/kurang mendukung peran
kita sebagai Guru Penggerak. Karenanya kematangan nilai-nilai yang dimiliki
seorang Guru Penggerak sangat penting, karena disinilah ujiannya, sejauh mana
nilai kemampuan reflektif kita untuk
memetakan masalah dari mengapa mereka kurang mendukung program kita untuk
kemudian kita berinovasi untuk menyelesaikan
masalah dengan menggunakan berbagai informasi dan sudut pandang dan mengadakan
pendekatan kolaboratif sehingga
akhirnya mereka bisa mendukung program dalam rangka memaksimalkan peran kita
sebagai Guru Penggerak.
Hal lain yang menjadi kendala juga bisa datang dari diri kita sendiri.
Rasa malas, lelah, jenuh dan sifat-sifat manusiawi lainnya pasti akan muncul,
karenanya semangat kolaboratif dengan sesame teman Calon Guru Penggerak harus
terus kita jaga, agar bisa saling menyemangati untuk bisa terus semangat
memperbaiki diri menjadi lebih baik lagi.
Bertambah lagi ilmunya, semoga Allah jaga kesehatan untuk bisa terus
mengikuti semua kegiatan Calon Guru Penggerak ini! Aamiin….
Griya
Cinangsi Asri
Comments
Post a Comment