Jurnal Refleksi Pekan 3
Pendampingan 0 dan Lokakarya 1
1.2.a.10.1 Jurnal Refleksi Pendidikan
Calon Guru Penggerak Minggu 3
Periode 29 Agustus – 4 September
2021
Alhamdulillah, Pekan ke tiga ini pengalaman berbeda
dengan pekan kedua. Pengalaman baru yang sangat berkesan di pekan ini yaitu
dimulainya pendampingan 0 dan Lokakarya 1 yang bisa terlaksana secara offline,
karena Subang sudah berada pada level 2 PPKM, selain tentu saja tugas mandiri
LMS yang tetap harus dikerjakan di pekan ini.
Pendampingan 0
Pendampingan oleh
Pengajar Praktik, Ibu Ai Sumartini Dewi, S.Pd. dilaksanakan pada tanggal 1
September 2021 di sekolah kami. Ya..sekolah kami, karena memang saya dan Bu Ai
merupakan teman sejawat. Diskusi-diskusi saat pendampingan sebetulnya sudah
sering dan sudah pernah kami obrolkan bareng saat di sekolah, karena kebetulan
pula saya dan Bu Ai merupakan Tim Pengembang Kurikulum di sekolah.
|
Ditemani Pak Ahmadi, Wakil Kepala Sekolah Bidang
Sarana Prasarana, diskusi berjalan santai tapi serius. Bapak Kepala sekolah
kebetulan berhalangan hadir pada hari itu. |
|
|
Lokakarya 1
Lokakarya 1 akhirnya bisa dilaksanakan pada tanggal
4 September 2021 secara offline di 3 Hotel yang ada di Kabupaten Subang.
Alhamdulillah, dapat di Hotel Nalendra yang berada di pusat Kota Subang, tak
jauh dari rumah. Pelaksanaan dimulai pada pukul 08.00 dengan agenda pembukaan
oleh P4TK TK dan PLB serta Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Subang secara online di ruang kelas B. Acara selanjutnya dilaksanakan secara
offline di kelas B dengan dipandu oleh
tiga Pengajar Praktik yang baik hati, Bu Hj. Rita Rosidah, Ibu Rika, dan Ibu Ai
Sumartini Dewi.
Acara berjalan serius tapi sangat menyenangkan, karena
banyak pembelajaran dilaksanakan dengan diskusi dan pemaparan kelompok secara
bergantian diselingi games-games
kecil, sehingga waktu dari pagi sampai dengan sore hari berjalan tanpa terasa.
Materi pertama diawali dengan penjelasan tentang tujuan
Guru Penggerak yaitu untuk dapat mengembangkan diri, menjelaskan peran guru
penggerak, mengidentifikasi posisi diri, dan menjelaskan rencana pengembangan
diri. Materi ini dilanjutkan dengan pembahasan kompetensi Guru Penggerak yang
dilaksanakan oleh masing-,masing kelompok. Kompetensi Guru Penggerak yang harus
dimiliki oleh kami sebagai Calon Guru Penggerak adalah:
1.
Pengembangan
diri dan orang lain.
Sebagai seseorang yang dapat
mengembangkan dirinya dan orang lain. Guru Penggerak harus mampu membangun lingkungan
belajar yang sehat dan menyenangkan, membuat rencana-proses belajar
mengajar yang berpihak pada murid, melakukan refleksi-evaluasi berkelanjutan.
Semuanya harus berpusat pada murid.
2.
Memimpin
belajar mengajar.
Sebagai seorang yang
bisa menjadi pemimpin pembelajaran, yang didasari kesadaran dan kemauan sendiri
(self regulated learning). Tidak boleh merasa puas dengan kemampuan yang
dimilikinya. Harus terbuka terhadap perubahan. Setelah selesai dengan dirinya
sendiri, Guru Penggerak harus bisa juga mengembangkan orang lain (facilitating, coaching, mentoring). Yang dimaksud orang lain di sini adalah warga sekolah,
teman-teman sejawat untuk perbaikan kualitas pembelajaran. Membangun jejaring
yang luas, berpartisipasi aktif dalam organisasi profesi dan komunitas-komunitas
lain untuk pengembangan karir. Semua itu bisa dilakukan jika Guru Penggerak memiliki
kematangan moral, emosi, dan spiritual untuk
3.
Memimpin
management sekolah.
Dalam memimpin
manajemen sekolah, Guru Penggerak harus aktif mewujudkan visi sekolah
menjadi budaya belajar yang berpihak pada murid. Guru Penggerak harus bisa
aktif bersama teman-teman sejawat memimpin dan mengelola program sekolah yang
berdampak pada murid. Untuk itu Guru Penggerak harus visioner, inovatif,
kreatif, reflektif, dan kolaboratif. Selain itu, harus memiliki kemampuan
leadership dan manajerial yang bagus.
4.
Memimpin pengembangan
sekolah.
Pengembangan sekolah tidak
bisa kita laksanakan secara mandiri, butuh kerjasama tri sentra pendidikan yang
ada, yaitu Sekolah, Orang Tua dan Masyarakat.
Keempat kompetensi ini
harus dimiliki oleh Guru Penggerak, Karen disinilah inti dari pelatihan selama
9 bulan ke depan.
|
|
Pengerjaan
LMS Pekan Ke tiga tentang Nilai dan Peran Guru Penggerak
Pembentukan
Nilai Diri
|
Peran sebagai guru merupakan
kesempatan emas bagi kita untuk bisa memberikan tuntunan agar karakter baik murid
bisa tumbuh maksimal. Guru
harus bisa membantu muridnya memahami nilai- nilai kebaikan dalam diri mereka
sendiri, kemudian mereka mempercayainya sebagai bagian yang tak terpisahkan
dari siapa mereka, hingga kemudian mereka terus menghidupinya. Guru dengan
karakter yang baik melestarikan nilai-nilai kebaikan di tengah masyarakat
melalui murid-murid mereka. |
Tentu saja pembentukan
karakter baik ini membutuhkan komitmen, konsistensi, dan waktu yang tidak sebentar. Karenanya
peran Tri Sentra pendidikan sangat
dibutuhkan untuk mendukung tercapainya pembentukan karakter baik ini.
Diagram
Gunung Es
Seperti
fenomena gunung es, perubahan perilaku dan penumbuhan karakter manusia berawal
dari nilai-nilai, kepercayaan dan pola pikir yang merupakan perilaku(soft
skill) yang menjadi identitas yang tidak terlihat (88%) hingga akhirnya
identitas ini akan muncul/nampak sebagai karakter yang terlihat (12%).
Guru memiliki kesempatan untuk bisa mengembangkan lingkungan belajar dimana murid
berproses menumbuhkan nilai-nilai dirinya melalui lingkungan yang sifatnya fisik
(ekstrinsik) dan yang sifatnya psikis (intrinsik).
Eskalator
Dan Cara Kerja Otak
|
Manusia memiliki dua sistem berfikir,
yaitu sitem berfikir cepat dan sistem berfikir lambat. Sistem inilah yang
nantinya akan mempengaruhi bagaimana manusia bersikap. Kita harus dapat
memaksimalkan kerja dua sistem otak ini secara baik |
|
|
Sistem
Berfikir 1, yaitu sistem berfikir cepat. Sistem berfikir cepat
dikelola otak reptile dan otak mamalia,
sistem ini bekerja menghemat energy secara otomatis/tidak sadar. (2 orang yg
turun menggunakan eskalator, energi tidak banyak dipakai, energy terkonservasi)
Sistem
berfikir 2, yaitu sistem berfikir lambat yang dikelola oleh otak
primate dan otak luhur manusia. Sistem ini bekerja dengan energy lebih, seperti
kita berjalan naik pada escalator yang berjalan turun. Diperlukan energi banyak
untuk dapat naik di escalator yang berjalan turun. Sistem ini digunakan untuk
berpikir kompleks yang dikelola oleh otak luhur manusia.
Profil pelajar
Pancasila
Hal
pertama yang harus dilakukan oleh guru untuk mewujudkan Profil Pelajar
Pancasila ini adalah mengenali dan menjalankan profil Pelajar Pancasila pada
dirinya. Ia harus bisa menjadikan dirinya sebagai teladan, sehingga murid akan
dengan mudah mengikutinya. Profil Pelajar Pancasila ini diberikan dalam seluruh
muatan pembelajaran, dalam seluruh proses pembelajaran yang dilaksanakan di
sekolah.
Profil Pelajar
Pancasila ini meliputi profil manusia paripurna. Profil yang bukan hanya baik
lahirnya, tetapi juga sempurna batinnya, dan baik pikirnya. Bukan hanya bervisi
dunia, tetapi sangat memahami visi akhirat hidupnya.
Nilai dan Peran Guru Penggerak
Kompetensi Guru Penggerak tidak hanya berfokus pada
pengembanagn diri, tetapi juga memiliki peran untuk bisa mengembangkan
lingkungan sekitar untuk bisa juga bergerak bersama-sama. Dari 4 kompetensi
yang harus dimiliki oleh seorang Guru Penggerak, ini maka munculah peran yang harus dikuasai oleh
seorang Guru Penggerak, yaitu : menjadi
pemimpin pembelajaran, menggerakan komunitas praktisi pendidikan, menjadi coach
bagi guru lain, mendorong kolaborasi antar guru, mewujudkan kepemimpinan murid.
Nilai itu sendiri, menurut Rokeach (dalam Hari, Abdul H. 2015), merupakan
keyakinan sebagai standar yang mengarahkan perbuatan dan standar pengambilan
keputusan terhadap objek atau situasi yang sifatnya sangat spesifik. Kehadiran
nilai dalam diri seseorang dapat berfungsi sebagai standar bagi seseorang dalam
mengambil posisi khusus dalam suatu masalah, sebagai bahan evaluasi dalam
membuat keputusan, bahkan hingga berfungsi sebagai motivasi dalam mengarahkan
tingkah laku individu dalam kehidupan sehari-hari. Melihat peranan nilai sangat
penting dalam kehidupan tingkah laku sehari-hari, maka rasanya penting bagi
seorang Guru Penggerak untuk bisa memahami dan menjiwai nilai-nilai dari
seorang Guru Penggerak. Kelima nilai dari Guru Penggerak adalah: Mandiri,
Reflektif, Kolaboratif, Inovatif, serta Berpihak pada Murid.
Nilai ini sendiri berkaitan erat dengan peran yang
sudah kita pelajari di bagian sebelumnya. Nilai ini yang diharapkan terus
tumbuh dan dilestarikan dalam diri seorang Guru Penggerak. Kelima ini saling
mendukung satu dengan lainnya, dan tentunya diharapkan menjadi pedoman
berperilaku untuk seorang Guru Penggerak. Semoga bisa merefleksikan nilai-nilai
ini: Mandiri, Reflektif, Kolaboratif, Inovatif, serta Berpihak pada Murid.
1.
Mandiri.
Mandiri
berarti seorang Guru Penggerak mampu senantiasa mendorong dirinya sendiri
untuk melakukan aksi serta mengambil tanggung jawab atas segala hal yang
terjadi pada dirinya. Segala perubahan yang terjadi di sekitar kita maupun pada
diri kita, muncul dari diri kita sendiri. Ketika kita hanya menunggu sesuatu
untuk terjadi, seringkali hal tersebut tidak pernah terjadi. Karena itu seorang
Guru Penggerak diharapkan mampu mendorong dirinya sendiri untuk melakukan
perubahan, untuk memulai sesuatu, untuk mengerjakan sesuatu terkait dengan
perubahan apa yang diinginkan untuk terjadi.
Guru
Penggerak yang mandiri, berarti guru tersebut mampu memunculkan motivasi dalam
dirinya sendiri untuk membuat perubahan baik untuk lingkungan sekitarnya
ataupun pada dirinya sendiri. Hal ini terutama perlu muncul dalam aspek
pengembangan dirinya. Seorang Guru Penggerak termotivasi untuk mengembangkan
dirinya tanpa harus menunggu adanya pelatihan yang ditugaskan oleh sekolah
ataupun dinas. Guru Penggerak mendorong dirinya untuk meningkatkan kapabilitas
dirinya tanpa perlu dorongan dari pihak lain.
Beberapa
poin untuk menguatkan nilai Mandiri pada nilai Guru Penggerak adalah sebagai
berikut:
- Tentukan tujuan perubahan yang ingin dicapai dan
dampak dari pencapaian tujuan tersebut. Apabila ada suatu perubahan yang
ingin Anda lihat (baik pada diri Anda, maupun hal di sekitar Anda)
mulailah dengan tujuannya terlebih dahulu. Setelah Anda tahu tujuannya,
lalu susun rutenya dalam bentuk tujuan yang lebih kecil. contoh:
Tujuannya, ingin meningkatkan kemampuan penggunaan perhitungan numerikal
di microsoft excel, untuk membantu pekerjaan administrasi menjadi lebih
mudah. Dari sini susunlah rute cara belajar Anda, sesuai dengan
kapabilitas Anda. Contoh rute: dalam seminggu ini, sudah harus bisa
perhitungan dengan menggunakan fungsi numerikal tambah dan kurang. Cara
belajar dengan menggunakan youtube misalnya. Dengan penggambaran tujuan
dan rute yang jelas kita akan semakin tahu apa yang harus kita lakukan dan
bagaimana mencapai tujuan tersebut. Hal ini yang akan mendorong kita untuk
lebih mandiri.
- Rayakan keberhasilan dalam setiap pencapaian.
Pencapaian tujuan tidak mudah, bahkan tujuan yang dirasa kecil sekalipun
membutuhkan daya, waktu, dll. Apabila kita sudah mencapai tujuan tertentu,
rayakan keberhasilan dengan sesuatu yang kita suka. Dengan begitu kita
bisa memotivasi diri kita untuk mencapai tujuan selanjutnya.
Nilai Mandiri sebagai seorang Guru Penggerak, harus bisa
memotivasi diri sendiri untuk bisa terus mengembangkan diri tanpa harus
tergantung pada orang lain. Tentukan tujuan, dan rayakan keberhasilan!!
Mandiri itu tidak tergantung pada orang/sesuatu untuk
bisa/mau melakukan sesuatu. Sebagai contoh ketika kita ingin menguasai suatu
kemampuan, maka tidak harus menunggu ada panggilan pelatihan untuk menguasai
kemampuan tersebut, tetapi mencari sendiri pelatihan-pelatihan lain yang bisa
mendorong dimilikinya kemampuan tersebut. Hal ini saya alami ketika dimulainya
masa pembelajaran daring di masa pandemic. Kondisi ini memaksa saya untuk
meningkatkan kemampuan IT yang baik untuk memberikan pelayanan pembelajaran
pada murid, mencari sendiri dengan bantuan “mbah
google” untuk bisa memaksimalkan WA grup dalam pembelajaran, disesuaikan
dengan kondisi murid saya yang kemampuan IT nya sangat minimalis.
2.
Reflektif
Reflektif
berarti seorang Guru Penggerak mampu senantiasa merefleksikan dan memaknai
pengalaman yang terjadi di sekelilingnya, baik yang terjadi pada diri sendiri
serta pihak lain. Proses perwujudan Profil Pelajar Pancasila, juga perjalanan
menjadi Guru Penggerak pastinya akan penuh dengan pengalaman-pengalaman yang
bervariasi. Pengalaman-pengalaman ini bisa menimbulkan kesan positif maupun
negatif. Dengan mengamalkan nilai reflektif, Guru Penggerak diajak untuk
mengevaluasi kembali pengalaman-pengalaman tersebut, hingga bisa menjadi
pembelajaran dan panduan untuk menjalankan perannya di masa mendatang.
Guru
Penggerak yang memiliki nilai reflektif mau membuka diri terhadap pengalaman
yang baru dilaluinya, lalu melakukan evaluasi terhadap apa saja hal yang sudah
baik, serta apa yang perlu dikembangkan. Apa yang dievaluasi tentu saja
beragam, bisa terhadap kekuatan dan keterbatasan diri sendiri, pendapat yang
dimiliki oleh diri sendiri, proses, dll. Guru Penggerak yang reflektif tidak
hanya berhenti sampai berefleksi namun juga sampai melakukan aksi perbaikan
yang bisa dilakukan. Mereka juga senantiasa terbuka untuk meminta dan menerima
umpan balik dari orang-orang di sekelilingnya.
Semakin
menyadari, saya harus banyak belajar dan harus siap menerima perubahan-perubahan
yang terjadi. Minta masukan-masukannya ya teman-teman…
Ada
banyak model dalam melakukan refleksi, beberapa di antaranya adalah:
a. Model refleksi
4P merupakan model pertanyaan yang bisa kita gunakan untuk memaknai pengalaman
yang sudah pernah kita rasakan sebelumnya. Keempat langkah ini merupakan
terjemahan dari 4F yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway, yaitu:
1)
Peristiwa (Facts): paparan obyektif berdasarkan pengalaman
nyata atas apa yang sejauh ini telah dialami. Contoh pertanyaan: apa kendala
yang saya hadapi? apa hal baik yang saya alami dalam proses tersebut? apa yang
saya lakukan dalam mengatasi kendala tersebut? apakah tindakan tersebut
berhasil?
2)
Perasaan (Feelings): apa yang dirasakan kini setelah
mengikuti proses tersebut. Contoh pertanyaan: Apa yang saya rasakan ketika
menghadapi kendala tersebut? ketika saya mencoba mengatasi kendala tersebut
bagaimana perasaan saya?
3)
Pembelajaran (Findings): apa hal paling konkrit yang dapat
diambil sebagai pembelajaran dan mungkin telah membawa makna baru. Contoh
pertanyaan: apa yang saya pelajari dari proses ini? apa hal baru yang saya
ketahui mengenai diri saya setelah proses ini?
4)
Penerapan ke depan (Future): apa hal yang dapat segera
diterapkan baik sebagai individu. Contoh pertanyaan: apa yang bisa saya lakukan
ke depannya dari pembelajaran di proses ini? pada aspek apa?
Model refleksi 4F sepertinya menjadi
favorit ya, karena mudah dibuatnya, dan bisa menggambarkan peristiwa runut yang
kita alami
b.
Model Refleksi 5M, Model
refleksi 5M, yang diadaptasi dari model 5R (Bain, dkk, 2002, dalam Ryan &
Ryan, 2013). 5M terdiri dari langkah-langkah berikut:
1) Mendeskripsikan (Reporting): menceritakan ulang peristiwa yang terjadi
2) Merespon (Responding): menjabarkan tanggapan yang diberikan dalam
menghadapi peristiwa yang diceritakan, misalnya melalui pemberian opini,
pertanyaan, ataupun tindakan yang diambil saat peristiwa berlangsung.
3) Mengaitkan (Relating): menghubungkan kaitan antara peristiwa dengan
pengetahuan, keterampilan, keyakinan atau informasi lain yang dimiliki.
4) Menganalisis (Reasoning): menganalisis dengan detail mengapa peristiwa
tersebut dapat terjadi, lalu mengambil beberapa perspektif lain, misalnya
dari teori atau kejadian lain yang serupa, untuk mendukung analisis tersebut.
5) Merancang ulang (Reconstructing): menuliskan rencana alternatif jika
menghadapi kejadian serupa di masa mendatang.
Agak-agak
mirip dengan model 4F ya
Reflektif =
kilas balik, muhasabah, menilai/memaknai kembali semua proses yang sudah kita
laksanakan dengan tujuan untuk perbaikan. Seperti misalnya kita ingin
mengetahui keberhasilan kita dalam proses pembelajaran di kelas, maka kita
memina murid untuk memberikan tanggapan terhadap proses pembelajaran yang baru
saja mereka dapatkan.
Pengalaman
reflektif ini dilaksanakn saat saya dan teman-teman melaksanakan suatu kegiatan
bersama di komunitas MGMP.
3.
Kolaboratif
Kolaboratif
berarti seorang Guru Penggerak mampu senantiasa membangun hubungan kerja yang
positif terhadap seluruh pihak pemangku kepentingan yang berada di lingkungan
sekolah ataupun di luar sekolah (contoh: orang tua murid dan komunitas terkait)
dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila,
seorang Guru Penggerak akan bertemu banyak sekali pihak yang mampu mendukung
pencapaian Profil Pelajar Pancasila. Guru Penggerak diharapkan mampu merangkul
semua pihak itu.
Guru
Penggerak yang menjiwai nilai kolaboratif mampu membangun rasa kepercayaan dan
rasa hormat antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya, serta mengakui dan
mengelola perbedaan peran yang diemban oleh masing-masing tiap pemangku
kepentingan sekolah dalam mencapai tujuan bersama.
Perlu
diperhatikan, kolaboratif mampu muncul dalam perilaku seperti kerjasama,
berkomunikasi, memahami peran masing-masing pihak dalam suatu situasi tertentu,
termasuk memberikan feedback juga merupakan bagian dari kolaborasi.
Selalu saja
dalam pelaksanaannya kita harus bersiap ketika menghadapi kendala kolaboratif
ini. Semangaaaaattt!!!
Kata kunci
kolaboratif=kerjasama, berarti kita membuat hubungan dengan sesuatu diluar diri
kita. Berarti bukan lagi “aku” tetapi “kita”, “kami”. Sebagai seorang Guru Penggerak,
kita harus bisa membuka hati untuk bisa bekerja sama dan membangun hubungan
dengan siapapun dan apapun agar bisa memaksimalkan peran kita sebagai Guru
Penggerak.
Pengalaman
kolaborasi indah saat kita bisa berbagi peran dalam keluarga agar saya bisa
mengerjakan semua tugas-tugas Guru Penggerak dengan baik, hehe…
4.
Inovatif
Inovatif berarti seorang Guru Penggerak mampu
senantiasa memunculkan gagasan-gagasan baru dan tepat guna terkait situasi
tertentu ataupun permasalahan tertentu. Di tengah perkembangan zaman yang
semakin maju, masalah yang muncul pun juga semakin bervariasi. Untuk bisa
mengatasi beragam masalah tersebut, diperlukan lah jiwa inovatif dari seorang
Guru Penggerak, agar bisa datang dengan penyelesaian masalah yang mungkin tidak
biasa namun tepat guna. Seorang Guru Penggerak yang mempunyai nilai inovatif
ini, mampu menggunakan nilai reflektifnya dalam mengevaluasi sebuah proses
ataupun masalah, dan mencari gagasan-gagasan lainnya untuk menyelesaikan
masalah tersebut. Dibutuhkan kejelian dari seorang Guru Penggerak untuk melihat
peluang/potensi yang ada di sekitarnya (baik dari guru lain, murid, kepala
sekolah, orang tua murid, komunitas lainnya) untuk mendukung ide orisinal demi
menguatkan pembelajaran murid.
Nilai
inovatif ini juga mendukung keterbukaan para Guru Penggerak terhadap gagasan
serta ide lain yang muncul dari luar dirinya untuk memecahkan masalah, mencari
informasi lain yang bisa mendukung prosesnya, sudut pandang orang lain yang
bisa membantu dirinya dalam menemukan inspirasi pemecahan masalah ataupun
mengambil keputusan, hingga pada akhirnya melakukan solusi/aksi nyata untuk
mengatasi permasalahan.
Inovatif=sesuatu
yang baru, kreasi, kreatifitas. Guru Penggerak berinovasi di dalam kelas untuk
bisa menghadirkan suasana kelas yang menyenangkan saat belajar dengan
permainan/games. Contoh perilaku inovatif : ketika menemukan murid kesulitan
dalam memahami suatu konsep materi, maka ia akan mencari model pembelajaran
atau alat peraga apa yang bisa dipakai untuk bisa memahamkan muridnya tentang
konsep tersebut. Contoh pengalaman pribadi ketika murid kesulitan dalam
membedakan istilah-istilah yang baru mereka kenal dalam persilangan. Saya
membuat permainan kartu untuk memudahkan siswa mengingat istilah-istilah dalam
persilangan itu.
5.
Berpihak
pada Murid
Berpihak
pada murid disini berarti seorang Guru Penggerak selalu bergerak dengan
mengutamakan kepentingan perkembangan murid sebagai acuan utama. Segala
keputusan yang diambil oleh seorang Guru Penggerak didasari pembelajaran murid
terlebih dahulu, bukan dirinya sendiri. Segala hal yang kita lakukan, harus
tertuju pada perkembangan murid, bukan pada pemuasan diri kita sendiri, maupun
orang lain yang berkepentingan. Sebagai Guru Penggerak yang memiliki nilai ini,
kita selalu harus mulai berpikir dari pertanyaan “apa yang murid butuhkan?”,
“apa yang bisa saya lakukan untuk membuat proses belajar ini lebih baik?” dll.
Yang
perlu seorang Guru Penggerak ingat, bahwa ini adalah nilai yang utama dan
penting. Pada modul 1.1 kita sudah bahas bahwa filosofi utama dari Ki Hadjar
Dewantara menekankan pada pemusatan orientasi pendidikan pada murid. Sebagai
Guru Penggerak, mengutamakan keberpihakan pada murid adalah pedoman perilaku
yang utama.
Yang
pertama dan utama adalah murid, sebagai focus tujuan pembelajaran. Semua
pertimbangan didasarkan atas kebutuhan dan kepentingan murid.
Kata
kunci Berpihak pada murid= menjadikan murid sebagai acuan utama atas semua
keputusan/pertimbangan yang diambil. Bahwasanya pembelajaran diberikan dengan
melihat kebutuhan, minat dan bakat murid dalam rangka mendorong merdeka
belajar. Memberikan kebebasan pada murid ketika mengerjakan tugas pilihan yang
harus mereka kerjakan.
Waahhhh….
Lumayan padad tugas-tugas di pekan ketiga ini, meski ada sedikit keterlambatan
membuat jurnal refleksi, mudah-mudahan bisa menjadi catatan indah saat dibaca
suatu saat nanti.
Alhamdulillah….
Griya Cinangsi Asri, saat mata mulai meredup
Comments
Post a Comment