Jurnal Refleksi Minggu 6

 

VISI GURU PENGGERAK

Periode 19-25 September 2021


   Tak terasa, sudah masuk pekan ke enam Program Pelatihan Calon Guru Penggerak. Setelah kemarin di pekan yang padat, pekan ke enam ini  sudah melandai, karena tidak berbarengan dengan kegiatan Diklat lagi.

Pekan ini materi LMS Modul 1.3 tentang Visi Guru Penggerak. Visi membantu kita untuk melihat kondisi saat ini sebagai garis “start” dan membayangkan garis “finish” seperti apa yang ingin dicapai. Dalam visi ini nantinya pasti akan terjadi perubahan mendasar dari yang sebelumnya, dan untuk memastikan bahwa perubahan terjadi secara mendasar dalam operasional sekolah, maka para pemimpin sekolah hendaknya mulai dengan memahami dan mendorong perubahan budaya sekolah. Budaya sekolah berarti merujuk pada kebiasaan-kebiasaan yang selama ini dilakukan di sekolah. Kebiasaan ini dapat berupa sikap, perbuatan, dan segala bentuk kegiatan yang dilakukan warga sekolah. Perubahan yang positif dan konstruktif di sekolah biasanya membutuhkan waktu dan bersifat bertahap. Oleh karena itu, sebagai pemimpin, Calon Guru Penggerak diharapkan bisa terus berlatih mengelola diri sendiri sambil terus berupaya menggerakkan orang lain untuk menjalani proses perubahan ini bersama-sama. Hal ini perlu dilakukan dengan niatan belajar yang tulus demi mewujudkan visi sekolah.

Untuk dapat mewujudkan Visi ini diperlukan sebuah pendekatan atau paradigma. Dalam modul ini salah satu pendekatan yang dipakai paradigma yang disebut Inkuiri Apresiatif (IA). IA dikenal sebagai pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan. Konsep IA ini pertama kali dikembangkan oleh David Cooperrider (Noble & McGrath, 2016).

Paradigma ini berfokus pada kekuatan yang dimiliki setiap anggota dan menyatukannya untuk menghasilkan kekuatan tertinggi. IA menggunakan prinsip-prinsip utama psikologi positif dan pendidikan positif. Pendekatan IA percaya bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. Inti positif ini merupakan potensi dan aset organisasi. Dengan demikian, dalam implementasinya, IA dimulai dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki organisasi, sebelum organisasi menapak pada tahap selanjutnya dalam melakukan perencanaan perubahan. Dalam modul 1.3 ini, kita mempelajari IA lebih dalam sebagai salah satu model manajemen perubahan di sekolah dan mencoba menerapkannya melalui tahapan dalam IA yang di dalam bahasa Indonesia disebut dengan BAGJA (Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, Atur Eksekusi) dengan langkah-langkah sebagai berikut:

  1. Buat Pertanyaan Utama. Merumuskan pertanyaan sebagai penentu arah penelusuran terkait perubahan apa yang diinginkan atau diimpikan.
  2. Ambil Pelajaran. Mengumpulkan berbagai pengalaman positif yang telah dicapai di sekolah dan pelajaran apa yang dapat diambil dari hal-hal positif tersebut.
  3. Gali Mimpi. Menyusun narasi tentang kondisi ideal apa yang diimpikan dan diharapkan terjadi di sekolah. Disinilah visi benar-benar dirumuskan dengan jelas.
  4. Jabarkan Rencana. Merumuskan rencana tindakan tentang hal-hal penting apa yang perlu dilakukan untuk mewujudkan visi.
  5. Atur Eksekusi. Memutuskan langkah-langkah yang akan diambil, siapa yang akan terlibat, bagaimana strateginya, dan aksi lainnya demi mewujudkan visi perlahan-lahan.





Dalam pelaksanaan untuk mewujudkan visi ini, tentu bukan hal mudah, tapi kita bisa belajar dari bagaimana anak burung belajar terbang. Pada awalnya akan menukik ke bawah, tetapi selanjutnya ia akan dapat terbang menukik ke atas. Selalu dibutuhkan waktu dan kekonsistenan.

Pengalaman yang pernah saya alami adalah ketika Saat saya akhirnya menerima tunjangan sertifikasi pertama kali di tahun 2011 setelah lulus melalui program PLPG selama 10. Mimpi untuk bisa bersekolah lagi akhirnya bisa menjadi kenyataan. Allah mudahkan untuk bisa lulus tes masuk Pasca Sarjana, dan mudahkan pembiayaan nya dengan tunjangan sertifikasi. Untuk usia yang tak lagi muda, dengan tugas mengajar di sekolah, Wali Kelas, Kepala Lab IPA, dan titipan 4 anak di rumah memang tak mudah. Jarak Bandung-Subang 2 pekan sekali, dan 4 hari mengajar harus melalui sekian banyak pengorbanan. Waktu tidur berkurang, “nyaris” tidak ada waktu untuk diri sendiri, keluarga pun akhirnya merasakan dampaknya. Komunikasi aktif dengan keluarga, dengan Dosen di kampus, teman-teman di sekolah, Alhamdulillah…. Akhirnya tepat 2 tahun bisa menyelesaikan pendidikan tepat waktu. Kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas… Alhamdulillah… Semua karena Allah..

Kantor Yayasan Robithoh, SIT ‘Alamy


Comments

Post a Comment

Popular Posts